Senin 10 Nov 2014 18:22 WIB

Petani Tasmania DesakPemerintah Agar Diperbolehkan Menjual Daging Rusa

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, TASMANIA -- Kalangan petani di Tasmania, Ausralia, ingin agar diberikan izin untuk bisa menjual daging rusa-rusa liar yang berada di sekitar properti mereka.

Di Tasmania, ribuan rusa liar dibunuh setiap tahunnya oleh para pemburu, tetapi menjadi pelanggaran hukum jika ketahuan menjual dagingnya.

Asosiasi Petani dan Peternak di Tasmania (TFGA) mengatakan memberdayakan petani untuk menjual daging-daging rusa liar adalah hal yang mudah dilakukan. Tetapi para pemburu, tidak menyetujui usulan tersebut. Mereka ingin agar rusa-rusa dilindungi untuk keperluan rekreasi.

Direktur TFGA Jan Davis mengatakan rusa-rusa liar telah merusak sejumlah tanaman dan properti. "Rusa liar adalah hama," ujar Davis baru-baru ini.

"Mereka bisa menyebabkan kerusakan pada tanam-tanaman di Tasmania, tapi yang terpenting kerusakan pada pagar-pagar properti."

Departemen Industri Primer di Tasmania memperhitungkan ada sekitar 25 ribu ekor rusa liar di negara bagian tersebut.

Rusa-rusa liar dianggap sebagai hama. (ABC News).

Sementara itu Komite Hama Vertebrata mengatakan rusa-rusa liar ini adalah sebagai ancaman bagi produksi pertanian dan lingkungan.

Di Tasmania sendiri, rusa-rusa liar sebagian dilindungi untuk keperluan berburu yang sifatnya rekreasi dan para peternak tidak diperbolehkan menjual dagingnya.

Sementara itu Matthew Allen dari Komite Perlindungan Rusa di Tasmania mengatakan banyak pemburu yang tidak mendapatkan rusa. "Kurang dari setengah para pemburu ini yang bisa berkesempatan mencari rusa," ujar Allen.

Kini jumlah petani yang minta perlindungan atas kerusakan tanam-tamanan di Tasmania dan usulan untuk mengurangi jumlah rusa liar di Tasmania telah meningkat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement