Sabtu 24 Sep 2022 18:37 WIB

Hari Tani Nasional: Krisis Beras di Zaman Jepang Bikin Rakyat Indonesia Kelaparan

Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengalami krisis beras salah satunya ketika zaman Jepang.

Rep: Kurusetra/ Red: Partner
Krisis Beras. Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengalami krisis beras.
Krisis Beras. Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengalami krisis beras.

Krisis Beras. Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengalami krisis beras.
Krisis Beras. Sebagai negara agraris, Indonesia pernah mengalami krisis beras.

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Sebagai negara agraris, Indonesia bukan berarti selalu bebas dari krisis pangan. Indonesia pernah mengalami setidaknya tiga kali krisis beras, pertama di zaman Jepang, di era Presiden Soekarno, dan Presiden SBY.

Seperti diberitakan banyak media sebelumnya, banyak rakyat yang dikabarkan memakan nasi aking atau nasi sisa yang dijemur sampai kering kemudian ditanak dan diolah sebelum dimakan kembali. Atau ada juga yang makan ketela dan ubi-ubian karena tidak sanggup membeli beras.

BACA JUGA: Profil Ade Yasin, Bupati Bogor yang Divonis 4 Tahun Penjara karena Suap Pegawai BPK

Pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945), jumlah rakyat Indonesia belum mencapai 70 juta jiwa. Kala itu kelaparan akibat kekurangan pangan terjadi di mana-mana. Untuk keperluan perangnya melawan sekutu, pemerintahan Dai Nippon memaksa rakyat menanam jarak yang akan dijadikan sebagai minyak. Kegiatan ekonomi lumpuh.

Kongsi-kongsi dagang milik Belanda dan Cina serentak tutup. Demikian pula pasar-pasar, toko dan warung-warung. Bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari lenyap dari pasaran dan sukar dicari. Begitu menderitanya rakyat hingga untuk membeli beras harus pergi ke Bekasi dan Karawang.

BACA JUGA: Download GB WhatsApp (GB WA) Update Paling Baru September 2022: Aman, Mudah, dan Anti-banned

Dalam keadaan perut lapar dan sulitnya pangan, keong racun (bekicot) dijadikan santapan. Sementara, para pengemis berebutan makanan di tempat-tempat sampah dengan anjing. Adalah hal biasa menjumpai seseorang meninggal di pinggir jalan karena kelaparan.

Rakyat banyak yang tidak memiliki kain. Mereka memakai kain dari karet atau karung goni. Tidak heran kalau tuma (sebutan untuk kutu ketika itu) terdapat di badan-badan manusia. Obat-obatan juga sulit dicari, hingga orang beralih ke pengobatan tradisional dari nenek moyang.

BACA JUGA: Liburan ke Puncak? Ini Jadwal Ganjil Genap Kawasan Puncak Bogor Akhir Pekan September 2022


Rakyat Indonesia mengalami gizi buruk.
Rakyat Indonesia mengalami gizi buruk.

Pemerintah Jepang melakukan pengawasan yang ketat terhadap harga eceran kebutuhan sehari-hari, khususnya beras. Tidak tanggung-tanggung, tugas pengawasan ini dilakukan oleh Kempetai (Polisi Militer Jepang). Mereka menyebarkan mata-mata ke mana-mana. (BACA JUGA: Sabeni, Pendekar Tanah Abang yang Disegani Kampetai Jepang)

Ada yang menyamar jadi penjual sate untuk mencari mereka yang berani menyetel radio asing. Kalau ketahuan, dibawa ke Markas Kempetai di Gambir (kini Monas). Seperti juga sekarang, banyak pedagang membeli barang-barang keperluan sehari-hari, termasuk beras, kemudian menjualnya secara spekulasi.

BACA JUGA: Mengapa Soekarno Ngotot Ingin Membangun Monas?

Mereka yang berduit jumlahnya kecil sekali memborong beras karena tahu harganya makin lama makin meningkat. Maka harga beras pun naik tanpa kendali, jauh di atas daya beli rakyat. Minyak tanah dari dua perak menjadi 22,50 perak.

Sedangkan barang-barang keperluan lain seperti handuk, kemeja, kaus kaki, sabun, benang, kain katun dan tekstil naik 2-3 kali lipat dibandingkan harga sebelum perang. Uang belanja per hari keluarga terdiri enam orang sebelumnya cukup satu perak (gulden), enam bulan setelah pendudukan Jepang 3-4 rupiah per hari tidak cukup.

BACA JUGA: Berapa Berat Emas Monas, Apakah Jika Dijual Bisa Buat Bayar Utang Negara?

Anehnya, makin ketat Kempetai melakukan pengawasan semakin sulit orang mencari barang keperluan sehari-hari. Inflasi belum pernah setinggi di masa pendudukan militer Jepang, sekalipun pada masa Bung Karno pernah mencapai 360 persen (di akhir masa pemerintahannya).


Anak Indonesia mengalami gizi buruk.
Anak Indonesia mengalami gizi buruk.

Di masa akhir pendudukan Jepang, untuk membeli beras orang harus membawa uang di bakul karena begitu tidak berharganya uang. Pokoknya, jangan sampai terjadi lagi kesulitan ekonomi seperti pada jaman Jepang.

Harga beras dan kebutuhan pokok juga meroket pada masa Bung Karno. Harian Sin Po edisi 3 Januari 1960 mengumumkan pemerintah menaikkan harga bensin sebesar 94 sen per liter dari harga lama 1,6 perak menjadi dua perak per liter.

BACA JUGA: MP3 Juice: Download Lagu (MP3) dari YouTube, Cepat dan Mudah Save di HP

Pemerintah Jepang juga memperingatkan para pengusaha angkutan tidak boleh menaikkan tarif angkutan. Ketika itu, harga rokok putih seperti Escort, Kansas, Kresta dan Lancer, 7,5 perak per bungkus. Sedangkan Commodore dan Wembley 9,5 perak.

Rupanya, akibat kenaikan bensin, timbul keresahan dalam masyarakat, terutama akibat kenaikan harga beras. Hingga Menteri Inti Distribusi Dr Leimena menganjurkan agar rakyat tenang. Sementara, Bung Karno mengatakan, gerutuan rakyat sekarang ialah mangan sandang dan bukan bersandang pangan.

BACA JUGA: SssTiktok: Download Video TikTok tanpa Watermark Gratis Sepuasnya Mudan dan Aman Simpan di HP

Sedangkan PM Juanda yakin pemerintah telah meletakkan fondasi sehat dalam bidang ekonomi, ketika menanggapi terjadinya kenaikan harga-harga. Harian Sin Po (11/1-1960) memberitakan bahwa beras di Surabaya menghilang dari pasaran. Kalaupun ada harganya sudah melonjak antara 10-11 perak per liter.

Pada Desember 1961, banyak masyarakat yang makan bubur atau makan nasi campur jagung, karena tingginya harga beras. Namun saat itu Bung Karno yakin Indonesia adalah negara yang makmur gemah ripah loh jinawi. Karenanya, pada pidatonya, 17 Agustus 1964, ia memerintahkan untuk tidak impor beras lagi. Sementara, harga beras makin melonjak.

BACA JUGA: Download Lagu MP3 dari YouTube Pakai MP3 Juice: Cepat, Gampang,dan Aman untuk Simpan di HP

.

TONTON VIDEO PILIHAN:

.

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

> FreeMP3Downloads: Gratis Download Lagu MP3 dan MP4, Cukup Ketik Judul Lalu Save di HP

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

> Humor Ramadhan: Puasa Ikut NU yang Belakangan, Lebaran Ikut Muhammadiyah yang Duluan

> Muhammadiyah Tarawih 11 Rakaat, Pakai Formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

> Download Lagu MP3 Gratis dari YouTube Pakai MP3 Juice Lalu Simpan di HP: Cepat dan Mudah

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement