REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan siap menjalin kerja sama dengan Cina.
Hal ini dikatakan Gubernur NTB TGH Zainul Majdi saat menerima kunjungan Konsul Jenderal Republik Rakyat Cina (RRC) untuk Denpasar Hu Ying Quan bersama empat pejabat lainnya di Mataram, Rabu (12/11).
Orang nomor satu di NTB itu mengatakan dengan berdirinya Konsulat Jenderal RRC di Denpasar, dapat menjadi jembatan mewujudkan kerja sama antarmasyarakat, antarprovinsi yang ada di Indonesia dengan Cina, khususnya NTB dengan provinsi yang ada negara itu.
Menurut dia, Pemerintah Cina dapat melihat potensi NTB, khususnya dalam bidang perikanan, peternakan, kelautan dan pariwisata, serta memberikan perhatian terhadap rencana pembangunan geotermal (pembangkit listrik tenaga panas bumi) di Provinsi NTB.
"Karena itu, NTB siap bekerja sama dengan RRC," kata Zainul Majdi atau akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB).
TGB menambahkan, kerja sama antara Indonesia dan RRC sudah terbina sejak lama, kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan RRC tersebut merupakan mitra kerja sama yang menyeluruh.
Menurutnya, di balik kerja sama tersebut, nantinya diharapkan dapat mendorong kerja sama antarprovinsi di kedua negara, selain, mendorong kerja sama antarprovinsi di NTB, Bali dan NTT dengan provinsi yang ada di RRC.
Sementara itu, Konsulat Jenderal RRC Hu Ying Quan mengatakan Pemerintah siap bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTB dalam segala bidang. Selain ia juga secara khusus mengundang Gubernur NTB menghadiri peresmian gedung Konsulat Jenderal RRC di Nusa Dua Bali, 8 Desember 2014.
Sebelumnya, pada pertengahan Mei 2014, Konjen RRC di Surabaya Yu Hong juga pernah menemui Gubernur Zainul Majdi untuk menyampaikan rencana pendirian Konsulat Jenderal RRC di Denpasar. Dikatakan Hong ketika itu, jumlah warga Cina yang berkunjung ke wilayah NTB, baik sebagai wisatawan maupun investor terus bertambah.
Bahkan, dari beberapa investor asal Cina, sudah ada yang beraktivitas di wilayah NTB, seperti usaha budidaya tanaman sisal di Pulau Sumbawa. Sisal merupakan tanaman khas Tanzania yang mampu bertahan di lahan kering, dan investor Cina memanfaatkan potensi lahan kering di Pulau Sumbawa.