REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Joko Sadewo
JAKARTA -- Rapat Pleno DPP Partai Golkar, Kamis (12/11) malam, akhirnya memutuskan pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) IX dilakukan pada Januri 2015. Sementara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar tetap diselenggarakan pada 17-19 Novemer 2014 di Yogyakarta.
Tercapainya kesepakatan waktu pelaksanaan Munas IX Partai Golkar terjadi setelah perdebatan dan pertarungan politik yang cukup keras. Berikut sejumlah catatan Republika Online (ROL) atas sejumlah peristiwa sebelum tercapainya kesepakatan munas di Januari 2015.
Patahnya Skenario Aklamasi Ical di Munas IX Golkar
JAKARTA -- Setelah melakukan sejumlah gerakan, puncak perlawanan para calon ketua umum Partai Golkar terjadi dalam rapat pleno DPP Partai Golkar. Rapat yang diselenggarakan Kamis (13/11) atau empat hari sebelum pelaksanaan Rapimnas Golkar di Yogyakarta ini mengagendakan pembahasan pelaksanaan rapimnas.
Rapat pleno DPP Golkar ini berlangsung panas. Para calon ketua umum DPP Golkar mempersoalkan penunjukkan panitia penyelenggara Rapimnas Nurdin Halid yang dianggap tidak sesuai dengan mekanisme. Mereka juga mempersoalkan sejumlah aturan baru yang disiapkan SC Rapimnas Golkar, seperti aturan syarat calon ketum yang mengharuskan adanya dukungan 30 persen dari DPD I Golkar. Serta persoalan dugaan skenario percepatan Munas IX Partai Golkar.
Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya pleno DPP Partai Golkar sepakat untuk tetap menyelenggaran Rapimnas Golkar di Yogyakarta 17-19 November 2014. Namun Munas IX Partai Golkar tetap akan dilakukan pada Januari 2015.
Hal yang juga tercapai dalam kesepakatan itu adalah tidak akan adanya syarat tambahan dalam pencalonan ketua umum DPP Partai Golkar. Semua aturan tetap mengacu pada AD/ART Partai Golkar. Artinya, syarat yang berlaku adalah dukungan 30 persen dari pemilik suara di munas.
Dengan tercapainya kesepakatan ini, calon ketum pesaing Aburizal Bakrie bisa bernafas lega. Mereka akan bisa memiliki waktu lebih panjang untuk menggalang dukungan dari DPD I dan DPD II maupun ketua Ormas Pendiri Partai Golkar. Selain itu, mereka juga tidak akan terganjal masalah dukungan dari DPD I Golkar, yang mereka tuding sebagai pendukung Aburizal Bakrie.
Namun apakah suasana adem Golkar pascakesepakatan ini akan berlangsung hingga pelaksanaan munas? Ataukah masih akan ada persoalan yang membuat Golkar kembali memanas? Kita lihat saja nanti....
(habis)