REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum dikenali dengan bentuk bangunan Masjid seperti sekarang, Masjid Al-Aqsa merupakan sebuah bangunan kecil untuk shalat yang didirikan oleh Umar bin Khattab. Akan tetapi, konstruksi Masjid Al-Aqsa yang sekarang dinilai peneliti sejarah dibangun pada periode awal masa Bani Umayyah di bawah pimpinan Muawiyah.
Menurut beberapa ulama Muslim, termasuk Mujir ad-Din, al-Suyuti, serta al-Muqaddasi, bangunan Masjid Al-Aqsa ini kembali direkonstruksi dan diperluas pada periode Bani Umayyah di bawah Kekhalifahan Abd al-Malik ibn Marwan pada tahun 690. Di saat yang sama, menurut para ulama tersebut, juga dibangun Kubah Shakhrah (Dome of the Rock).
Guy le Strange menyatakan bahwa Abd al-Malik menggunakan sisa puing dari Gereja Kristen bernama Church of Our Lady, gereja yang pernah dibangun oleh Kaisar Yustinianus sebagai persembahan untuk Bunda Maria di lokasi Bukit Suci. Guy le Strange juga menunjukkan beberapa bukti bahwa substruktur di bagian tenggara masjid merupakan bekas dari gereja tersebut.
Di tahun 746, empat tahun sebelum kekuasaan Bani Umayyah lengser dan Bani Abassiyah bangkit, gempa bumi terjadi dan menyebabkan Masjid A-Aqsa hancur. Beberapa tahun setelah gempa tersebut, pada 753, khalifah kedua Bani Abbasiyah, Abu Ja'far al-Mansur, menyatakan akan memperbaiki kembali Masjid Al-Aqsa. Abu Ja'far al-Mansur mengubah lempengan emas dan perak yang melapisi gerbang masjid menjadi dinar dan dirham untuk membiayai proses rekonstruksi ini. Pada akhirnya, rekonstruksi Masjid Al-Aqsa selesai pada tahun 771.
Akan tetapi gempa bumi kedua kembali terjadi pada tahun 774. Gempa bumi kedua ini merusak kembali apa yang sudah diperbaiki oleh Khalifah Abu Ja'far al-Mansur. Di tahun 780, khalifah selanjutnya, Muhammad al-Mahdi membangun kembali Masjid Al-Aqsa.
Akan tetapi, Khalifah Al-Mahdi memperpendek panjang bangunan masjid sekaligus memperbesar lebar dari bangunan Masjid Al-Aqsa. Seorang ahli geografi Arab kelahiran Yerusalem, Al-Muqaddasi, mencatat bangunan baru Masjid Al-Aqsa di era Khalifah Al-Mahdi ini memiliki 15 lengkungan dan 15 gerbang.
Tak berhenti di situ, di tahun 1033 pada era kekuasaan Fatimiyah, gempa bumi ketiga kembali terjadi. Gempa kali ini mengakibatkan kerusakan parah pada Masjid Al-Aqsa. Khalifah kala itu, Ali az-Zahir, membangun kembali Masjid Al-Aqsa.
Sekitar tahun 1034-1036, Khalifah Ali az-Zahir merenovasi total bangunan Masjid Al-Aqsa ini. Jika semula, Masjid Al-Aqsa memiliki 15 lengkungan, Ali az-Zahir merenovasinya menjadi tujuh lengkungan saja. Selain itu, Ali az-Zahir juga membangun empat arcade atau gang-gang beratap di aula utama dan lorong masjid, yang saat ini menjadi pondasi dasar masjid. Lorong tengah masjid juga menjadi dua kali lipat lebih lebar daripada lorong-lorong masjid di sisi lainnya.
Pada Perang Salib Pertama tahun 1099, Yerusalem jatuh ke tangan para Tentara Salib. Akan tetapi, bukannya menghancurkan masjid, yang mereka sebut dengan Bait Solomon, para Tentara Salib justru menggunakan Masjid Al-Aqsa sebagai istana kerajaan mereka dan juga kandang kuda. Kemudian pada 1119, Masjid Al-Aqsa diubah menjadi markas besar bagi para kesatria Templar.
Pada masa ini, Masjid Al-Aqsa masjid mengalami beberapa perubahan struktural, termasuk perluasan serambi utara, dan penambahan apsis, serta dinding pembatas. Selain perubahan struktural, mereka juga membangun biara dan gereja di lokasi Masjid Al-Aqsa ini.
Kaum Ayyubiyah di bawah kepemimpinan Saladin merebut kembali Yerusalem setelah pengepungan tahun 1187. Beberapa perbaikan dan renovasi kemudian kembali dilakukan pada Masjid Al-Aqsa. Dalam rangka mempersiapkan masjid untuk melaksanakan shalat Jumat, dalam waktu satu minggu dari perebutan kembali Yerusalem, Saladin merubuhkan toilet-toilet dan lumbung gandum yang dibangun oleh para Tentara Salib di Masjid Al-Aqsa.
Lantai masjid juga dilapisi oleh karpet yang indah dan interiornya diberi sentuhan aroma bunga mawar dan dupa. Lalu, di 1218, Sultan Damaskus yang juga orang Bani Ayyubiyah, Al-Muazzam, membangun teras utara masjid dengan tiga pintu gerbang. Pada 1345, Mamluk di bawah pemerintahan al-Kamil Shaban menambahkan dua lengkungan dan dua gerbang sisi timur masjid.