REPUBLIKA.CO.ID,AL-ARABIYA – Setelah Swdia secara resmi mengakui negara Palestina bulan lalu, negara-negara Eropa lainnya terlihat bersemangat untuk mengikuti jejeak Swedia ini.
Para anggota parlemen Prancis sedang melakukan persiapan pemungutan suara pada 28 November nanti. Pemungutan suara ini terkait dengan pengajuan proposal yang mendesak pemerintah untuk turut mengakui Palestina sebagai sebuah negara.
Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius menyatakan Paris hanya akan mengakui Palestina jika hal tersebut dapat membantu pencapaian kedamaian, bukan hanya sekedar simbolisme semata. Beberapa ahli menyatakan inisiatif ini akan membantu menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian yang sempat hancur pada April lalu.
“Pengakuan terhadap negara Palestina oleh Prancis dan negara-negara lainnya dapat menjadi sebuah penegasan atas dukungan perdamaian internasional,” jelas Profesor dan Ahli Keilmuan Timur Tengah Universitas Montreal, Samir Saul.
Di Prancis, sebuah survei online yang dilaksanakan oleh majalah Le Point menunjukkan bahwa dari total 127.120 partisipan, sebanyak 99.035 atau 75 persen dari total voter mendukung pengakuan atas negara Palestina.
Politikus Prancis Pouria Amirshahi mengatakan pengakuan atas Palestina dapat memberi bobot lebih pada meja perundingan. “Ini merupakan waktu yang tepat untuk mengakui negara Palestina,”ujar Amirshahi.
Menurut Amishahi, konflik Palestina-Israel saat ini merupakan pertarungan yang tidak seimbang. Pasalnya, Israel merupakan negara yang telah diakui dan memiliki semua kapasitas hukum, sedangkan Palestina belum mendapat pengakuan secara keseluruhan dan tidak dapat mengambil tindakan hukum.