REPUBLIKA.CO.ID, JATINANGOR -- Awal November 2014 lalu, dua tenaga kerja Indonesia asal Jawa Timur yang bekerja di Liberia, mendapat perhatian masyarakat. Keduanya dirawat usai pulang dari Liberia, salah satu negara yang terkena dampak terburuk dari virus Ebola. Meski sempat diduga terkena Ebola, pemeriksaan membuktikan keduanya bebas Ebola.
Virus Ebola yang menurut WHO pertama kali ditemukan pada 1976 di Afrika ini, menjadi kekhawatiran dunia. Apalagi, hingga saat ini, masih belum ada vaksin yang ampuh untuk menanggulanginya. Gejala umum yang diderita pasien yang terjangkit virus Ebola biasanya mengalami demam, sakit tenggorokan, nyeri otot dan sakit kepala.
Seperti apa virus Ebola itu, apa penyebab seseorang terjangkit virus Ebola, bagaimana mengenali gejalanya, apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya? Pertanyaan-pertanyaan itu menjadi perhatian kita semua saat ini. “Meski di Indonesia belum ditemui kasus Ebola, namun kita harus tetap waspada,” kata Kepala UPT Humas Unpad Soni A. Nulhaqim, Senin (17/11).
Untuk mendiskusikan hal tersebut, kata dia, Universitas Padjadjaran (Unpad) menggelar acara diskusi bertajuk ‘Unpad Merespons’ dengan tema ‘Indonesia Waspada Ebola’. Diskusi ini akan dilaksanakan pada Rabu (19/11), bertempat di Executive Lounge Lantai 2 Gedung Rektorat Unpad Jl. Dipati Ukur 35 Bandung.
Sedangkan narasumber yang hadir dalam diskusi ini antara lain Kusman Ibrahim SKp MNS PhD (Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Unpad); Dr Tiana Milanda MSi Apt (Dosen Fakultas Farmasi Unpad); Bachti Alisjahbana dr Sp.PD-KPTI PhD (Dosen Fakultas Kedokteran Unpad) dengan moderator Gilang Yubiliana, drg., M.Kes. (Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad).