REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Chief Country Officer Citi Bank Indonesia Tigor M. Siahaan memprediksi, inflasi takkan lebih dari tujuh persen pada akhir tahun pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Namun, tambah dia, persentase itu tergantung kapan waktu pasti dinaikkannya harga BBM.
"Ini merupakan level yang wajar dari kesekidan kalinya harga BBM dinaikkan," ujarnya di Jakarta, Senin (17/11). Dia menambahkan, dengan inflasi tersebut, BI juga tidak perlu menaikkan suku bunga. Sebab menurut dia, dampak inflasi terjadi selama 3-6 bulan saja.
"Inflasi yang short time tidak akan berpengaruh secara signifikan. Ini juga bukan pertama kali BBM dinaikkan, ini bukan sesuatu yang menghabisi ekonomi kita," katanya.
Keputusan dinaikkannya BBM menurut dia tepat sebab pertumbuhan ekonomi akan jauh lebih besar dibanding jika BBM tidak dinaikkan. Karena menurutnya, masih banyak sektor produktif yang perlu diperhatikan selain subsidi untuk energi.
"Subsidi yang seharusnya untuk rakyat miskin jadi terbuang. Subsidi satu triliyun per hari terbuang untuk energi. Sedangkan untuk pembangunan Mass Rapid Transportation (MRT) sebesar 18 triliun misalnya, jika subsidi untuk pembangunan MRT hanya butuh 18 hari untuk membangun MRT tahap pertama," imbuh dia.