Selasa 18 Nov 2014 13:48 WIB
Kenaikan BBM

Demo Tolak Kenaikan BBM Bergantian Dilakukan di Nol Kilometer

Rep: C67/ Red: Winda Destiana Putri
Demo BBM (ilustrasi)
Foto: antara
Demo BBM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bergantian dilakukan di nol kilometer Yogyakarta. Sejak pagi hingga siang, secara bergantian dari beberapa organisasi ekstra mahasiswa mendatangi nol kilometer untuk melakukan orasi.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) misalnya. Aza El Munadiyan, ketua KMMI DIY mengatakan, beberapa alasan BBM harus ditolak, yaitu menaikkan BBM hanya untuk kepentingan masyarakat kelas atas. Kemudian kata Aza, harga minyak dunia saat ini sedang menurun.

Aza menuturkan, pengalaman kenaikan BBM di pemerintahan sebelumnya tidak memberikan dampak seignifikan terhadap kesejahteraan rakyat. "Malah menambah jumlah rakyat miskin," ujar Aza, dalam orasinya, Selasa (18/11).

Maka dari itu, lanjut Aza, alasan pemerintah untuk menaikkan BBM untuk pengalihan ke sektor produktif dinilai hanya sebuah pembohongan. Justru beberapa alasan pemerintah sudah terbantahkan oleh kenyataan dari pengalaman kenaikan BBM sebelumnya.

Seusai KAMMI selesai melakukan demonstrasi, di tempat yang sama, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Yogyakarta juga menggelar aksi yang sama. Sekitar 100 massa ikut dalam demonstrasi tolak kenaikan harga BBM.

Harapan dari demonstrasi yang dilakukan HTI tidak jauh berbeda yaitu menolak kenaikan BBM. Mereka meminta agar presiden Joko Widodo mencabut kembali keputusan menaikkan BBM. Takbir mewarnai orasi yang dilakuan HTI.

Irfan salah seorang orator mengatakan, Presiden Jokowi melakukan pengkhianatan terhadap rakyat. Menurut dia, keputusan yang diambil Jokowi merupakan bentuk politis. Dalam demonstrasi tersebut dilakukan aksi teatrikal dengan menggambarkan petani, buruh, dan nelayan mengalami kesusahan akibat kenaikan harga BBM.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement