REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara menyatakan Kota Tebing Tinggi merupakan daerah langganan bencana alam banjir.
Kepala Bidang (Kabid) BPBD Sumut, Bowo Hia di Medan, Selasa, mengatakan banjir yang terjadi di daerah tersebut, biasanya akibat meluapnya sungai.
Pada peristiwa banjir Rabu (5/11), menurut dia, akibat meluapnya Sungai Sibarau di Kota Tebing Tinggi dan mengenangi sebanyak 1.000 rumah warga di Kelurahan Lalang, Kelurahan Mekar Sentosa, Kelurahan Tanjung Marulak, dan Kelurahan Rantau Lahan, Kecamatan Rambutan. "Korban jiwa tidak ada pada fenomena alam yang terjadi di Kota Tebing Tinggi," ujarnya.
Bowo menyebutkan, saat terjadi banjir di daerah itu, masyarakat yang rumahnya terendam air, terpaksa menompang tidur di rumah tetangga dan famili.
Bahkan, warga yang rumahnya terkena banjir itu, tidak ada yang mau tinggal atau menempari tenda-tenda y ang disediakan oleh pemerintah setampat. "Seluruh tenda untuk penginapan yang didirikan tersebut, dalam keadaan kosong dan tidak ada yang menempati," kata Bowo.
Data yang diperoleh menyebutkan, banjir yang terjadi di Kota Tebing Tinggi, juga merendam bangunan Sekolah SMA dan SMP Negeri di daerah itu.
Banjir tersebut terjadi di Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi mencapai kedalaman 1 meter dan warga terpaksa mengungsi. Warga Kelurahan Lalang tetap menjadi langganan banjir, karena parit pembuangan air di daerah tersebut banyak yang tidak berfungsi.
Selain itu, parit pembuangan air di daerah itu, tertutup rumput dan menimbulkan genangan, serta tidak dapat mengalir ketika terjadinya banjir. Akibat banjir yang terjadi selama beberapa hari ini, sejumlah jalan protokol di Kota Tebingtinggi menjadi berlumpur yang berasal dari Sungai Gelondang.
Akibat banjir tersebut, Kecamatan Rambutan kelihatan jorok dan berlumpur, Pemkot Tebingtinggi telah mengerahkan petugas Dinas Kebersihan untuk membuang sampah yang berserakan.