REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bentrok antara TNI dan Polri di Batam menunjukkan makin buruknya hubungan psikologis antara dua lembaga itu. Indonesia Police Watch (IPW) menilai ada tiga penyebab utama bentrokan tersebut.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengatakan, penyebab pertama karena tidak terkendalinya aksi 'backing' dalam bisnis legal dan ilegal yang dilakukan oknum tersebut.
"Kedua, masih membaranya dendan kesumat antarkedua oknum tersebut," kata Neta melalui siaran persnya pada rabu (20/11).
Dendam ini, ujar dia, diawali dengan adanya bentrokan yang terjadi pada (21/9) yang menyebabkan 134 anggota Batalion Tuan Sakti tertembak.
Ketiga, menurut Neta, karena penggunaan seragam loreng militer pada anggota Brimob yang dinilai sebagai arogansi Polri. Penggunaan ini membuat TNI lapisan bawah merasa tersinggung jika berhadapan dengan Brimob.
Karenanya, Neta mendesak pemerintah untuk meminta Kapolri Sutarman agar segera mencabut penggunaan seragam loreng pada Brimob. "Jika tidak, bentrokan bisa meluas ke daerah-daerah lain," tambah Neta.
IPW juga meminta agar segera mencopot Kapolda Kepri dan danrem setempat. Selain itu, melakukan evaluasi dan pencopotan kepemimpinan TNI dan Polri.
Karena, kata Neta, bentrokan ini tidak lepas dari kelengahan para elite TNI-Polri. "Lengah dalam mencermati dinamika di Batam pasca-bentrokan 21 September lalu," tambahnya.