REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Pemerintah transisi Burkina Faso akhirnya menunjuk Letnan Kolonel Isaac Yacouba Zida sebagai Perdana Menteri Burkina Faso pada Rabu (19/11).
Dekrit pengangkatan Zida dibacakan oleh Asisten Sekretaris Jenderal Pemerintah Alain Ouattara.Seperti dilaporkan the Guardian, Kamis (20/11), penunjukan Letnan Kolonel Isaac Zida hanya berlangsung sehari setelah presiden sementara Michel Kafando dilantik.
Sebagai PM Burkina Faso, Zida mengemban tugas yang diberikan Uni Afrika dan barat untuk mengembalikan pemerintahan sipil atau mendapatkan sanksi ekonomi.
Uni Afrika memberikan tenggat waktu selama dua pekan bagi Zida untuk mampu mengembalikan stabilitas dan pemerintahan sipil. Sementara itu, Kafanda yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dan Duta Besar untuk PBB dipilih sebagai presiden sementara oleh sebuah komisi yang teridir dari militer, sipil, dan keagamaan di Burkina Faso.
Pemerintahan transisi di Burkina Faso terjadi lantaran meledaknya aksi massa yang terus menyuarakan protesnya terhadap kepempinan Burkina Faso dibawah presiden terdahulu Blaise Compaore yang kemudian melarikan diri dari Negara Afrika Barat tersebut.
Compaore dikecam warga Burkina Faso atas kebijakannya yang hendak mengubah konstitusi untuk memperpanjang kekuasannya di negara tersebut.
Zida bersama presiden sementara, Michel Kafando bahu membahu akan memilih 25 anggota pemerintah yang bertujuan untuk mengadakan pemilihan umum (pemilu)pada 2015 mendatang.
Meski demikian, Zida dan Kafando berhak untuk ambil bagian dalam pemilihan presiden tersebut pada tahun depan.Sejauh ini, belum ada komentar dari Uni Afrika terkait dipilihnya Zida dan Kafanda sebagai pemimpin sementara Burkina Faso.
Belum ada kejelasan dari Uni Afrika apakah akan menerima Zida yang berasal dari kalangan militer yang menjabat sebagai Perdana Menteri sementara.Namun, banyak pihak yang meragukan pemerintahan transisi di bawah Kafanda dan Zida akan mampu mengembalikan pemerintahan sipil di Burkina Faso.