Kamis 20 Nov 2014 20:46 WIB

Menkes Apresiasi Gerakan Penanggulangan Buta Katarak

Direktur Utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat.
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Utama PT Sido Muncul, Irwan Hidayat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5 persen per dua juta penduduk. Setiap tahun, sekitar 240 ribu orang terancam mengalami kebutaan. Mahalnya biaya pengobatan, menjadikan masyarakat enggan untuk mengobati penyakit itu.

Untuk mengurangi jumlah penderita buta katarak, PT Sido Muncul melakukan Gerakan Penanggulangan Buta Katarak di Indonesia yang pencanangannya dilakukan oleh wakil presiden Boediono pada 15 Januari 2011.

Bertempat di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (20/11), Berlico Farma, anak usaha Sido Muncul yang baru diakuisi pada 1 September 2014, melakukan bakti sosial operasi katarak gratis bagi masyarakat kurang mampu di wilayah Jakarta.

Hadir di acara itu adalah Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek dan Kepala RSPAD Gatot Subroto, Brigjen Ponco Agus Prasojo. "Kegiatan CSR untuk operasi katarak gratis ke-40 ribu ini telah dilaksanakan di 27 provinsi, 200 kota/kabupaten di 215 rumah sakit di Indonesia," kata Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat.

Menurut dia, perusahaannya juga menggandeng Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) untuk ikut mensukseskan program mulai ini. Secara rinci, Iwan menjelaskan bahwa operasi yang dilakukan pada 2011 adalah 6.000 mata, tahun 2012 sebanyak 12.746 mata, dan tahun lalu sebanyak 13.024 mata.

"Pada tahun 2014, hingga pertengahan November, kami bersama Perdami telah mengoperasi 8.130 mata," ujar Irwan. Dia melanjutkan, kegiatan sosial ini sebagai wujud kepedulian perusahaannya untuk berbagi dengan masyarakat yang mengalami masalah penglihatan. Hal itu dilakukan lantaran banyak masyarakat yang mengalami katarak, namun tidak mampu untuk berobat dengan alasan tidak cukup biaya.

Menkes Nila F Moeloek menyatakan, katarak sebenarnya bukan sebuah penyakit, melainkan proses degenerasi lensa mata yang menjadi keruh. Kalau dibiarkan tidak ditangani maka seseorang bisa mengalami kebutaan. Berdasarkan perkiraan sekitar 50 persen kebuataan yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh katarak.

Karena itu, ia mengapresiasi upaya Sido Muncul untuk terus berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. "Dengan ditanam lensa buatan, mereka yang mengalami katarak bisa melihat kembali. Ini tentu anugerah yang luar biasa, karena kalau sudah bisa melihat orang itu bisa produktif, tidak lagi menjadi beban keluarga" kata Nila.

Di Indonesia, sambung Nila, diperlukan operasi katarak untuk 240 ribu orang setiap tahunnya. Padahal, rata-rata operasi katarak yang bisa dilakukan saat ini di kisaran 170 ribu orang per tahun. Adanya kesenjangan 70 ribu penderita katarak yang belum dioperasi, dan setiap tahunnya meningkat tentu perlu dicarikan solusi.

Nila pun berharap agar semakin banyak perusahaan swasta untuk ikut terlibat dalam pengentasan masalah katarak, seperti yang dilakukan Sido Muncul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement