Jumat 21 Nov 2014 06:40 WIB

Pembuktian Racikan Taktik Henry Kasperczak

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Didi Purwadi
Seydou Keita
Foto: ap
Seydou Keita

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Suporter di Stadion 26 Mars tegang ketika Seydou Keita menatap bola di titik putih dan bersiap melakukan eksekusi penalti. Tepat menit 29, gelandang asal Mali itu mengirim bola ke pojok kiri gawang, luapan kegembiran pendukung pecah, Mali unggul 1-0 atas Aljazair.

Riuh dukungan publik bagi Mali memicu semangat tim untuk menambah gol. Akhirnya, Mustapha Yatabare dengan golnya menit ke 52, mengandaskan keinginan Aljazair untuk membuat rekor tidak terkalahkan di Grup B kualifikasi Piala Afrika. Pertandingan yang dilakukan pada Rabu (19/11) itu pun ditutup dengan skor 2-0 untuk Mali dan meloloskan The Eagles ke Piala Afrika 2015 Guinea.

Pelatih Mali, Henry Kasperczak yang sempat dikecam oleh publik karena memiliki taktik yang tidak ajeg untuk tim, kini membuktikan diri ketepatan cara melatihnya. Pelatih asal Polandia itu menegaskan, setiap pemain memiliki peran yang berbeda di lapangan termasuk dalam sebuah formasi.

Henry melanjutkan, ia berusaha menemukan kesesuaian formasi yang bisa diadopsi antar pemian. Dan terbukti, ketika melawan Aljazair, Henry menyebut pemain berlaga sebagai sebuah tim. ''Aku ucapkan selamat kepada mereka yang telah bekerja keras selama ini, terutama yang mencetak gol,'' kata dia dilansir dari laman Mali Football.

Sebagai kapten, Seydou Keita mampu menjaga mobilitas para pemain dan semangat untuk mempertahankan kemenangan. Kemenangan ini, dinilai Henry sangat penting yang akhirnya meloloskan Mali, karena Malawi juga memiliki peluang yang sama harus bermain imbang dengan Ethiopia.

Menurut pelatih berusia 68 tahun tersebut, tantangan berat akan dihadapi oleh Mali selanjutnya. Ia mengingatkan kepada pemain untuk meningkatkan kualitas bermain, karena peserta putaran final Piala Afrika 2015, merupakan tim terbaik.

Seydou Keita membenarkan ucapan Henry, Mali belum pantas merayakan apapun sebelum meraih gelar Piala Afrika. Pemain yang kini merumput di AS Roma ini berterima kasih dengan Henry yang kerap memberikan arah untuk keluar dari tekanan.

Keita sadar ketika maju sebagai eksekutor penalti melawan Aljazair, ia sedang memikul tanggung jawab publik di pundaknya. Ia pun paham, kegagalan melakukan eksekusi akan membawa petaka bagi timnya. ''Tapi aku senang sukses melakukannya,'' ujarnya dilansir dari laman Forza Italian Football.

Keita mengatakan, Aljazair merupakan tim kuat dan sepatutnya dijadikan acuan untuk menghadapi tim raksasa Afrika yang lain. Rekor selalu menang di lima pertandingan adalah bukti tim tersebut menjadi salah satu calon terkuat perengkuh gelar juara.

''Dan kita menghadapi mereka. Tidak bisa kubayangkan. Ini pertandingan yang sangat penting dalam hidupku, aku tidak boleh kalah. Terima kasih tuhan, semua baik-baik saja,'' kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement