Selasa 25 Nov 2014 16:43 WIB

Miris, Angka Pengangguran di Bogor Paling Tinggi

Rep: C80/ Red: Winda Destiana Putri
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kabupaten Bogor jadi daerah yang memiliki angka pengangguran paling tinggi di Jawa Barat. Pasalnya, rendahnya tingkat pendidikan diwilayah penduduk terpadat dijawa barat tersebut dituding sebagai penyebabnya.

"Ada sekitar 230 ribu penganggur. Dan didominasi angkatan kerja muda. Tapi yang jelas paling tinggi angka penganggurannya kabupaten bogor. Berdasarkan data tahun 2013," kata kepala dinas tenaga kerja dan transmigras provinsi Jawa Barat, Hening Widiatmoko, kepada Republika, usai membuka acara jobfair sabilulungan 2014, Bandung, Selasa (25/11).

Dikawasan industri, banyak perusahaan-perusahaan formal yang menetapkan standar tinggi, sehingga tidak bisa dimasuki oleh masyarakat yang pendidikannya rendah. Sementara, karakteristik masyarakat kabupaten Bogor pendidikannya masih rendah. "Karena lowongan pekerjaan yang ada standarisasinya tinggi sehingga sulit diakses," ujarnya.

Selain itu juga, kabupaten bogor harus bersaing dengan warga Jakarta yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga membuat perusahaan lebih memilih pencari kerja dari daerah-daerah sekitar.

 

"Sebenarnya kalau dibilang bebannya berat karena dampak DKI Jakarta. Jadi Bogor, kabupaten Bekasi, kota bekasi, ironi kan. Ada daerah industri tapi banyak pengangguran," jelas Hening.

Sehingga, sebagian besar dari pekerja di wilayah tersebut merupakan pendatang. Mereka mencari kerja di wilayah yang menurutnya punya peluang. Namun ternyata tidak mendapatkan karena tidak punya keahlian, keterampilan dan ijazah yang sesuai.

Kemiskinan, terjadi karena masyarakat tidak memenuhi kualifikasi kebutuhan perusahaan untuk diterima menjadi karyawan mereka. "Jadi ibarat laron-laron yang mendatangi lampu. Daya tarik dari cahaya lampu tidak disertai akses yang mudah untuk mendekati peluang yang ada," jelasnya.

Hening mengatakan, banyak pengangguran yang terjadi di daerah industri justru tanpa bekal. Seperti daerah yang baru muncul seperti subang. Itu mayoritas masih pertanian, tapi hanya sebagian kecil dari mereka yang daerah industri mulai dari Karawang dan Bekasi.

Karena, kalau tidak siap secara budaya dan mental, warga sekitar akan terganggu. Sehingga yang datang untuk mencari kerja  bukan merupakan penduduk setempat.

"Contoh paling bagus subang, disana ada relokasi industri garmen untuk alas kaki. Tapi, pencari kerja dari lokal susah. Karena wanita tenaga kerja di subang lebih tertarik jadi TKI. Dan saya khawatir warga kabupaten Bandung sulit mencari kerja karena hanya beorientasi menjadi TKI," ungkapnya.

Untuk itu, penyebab pengusaha yang memindahkan investasi mereka ke luar negeri, bukan semata-mata hanya biaya produksi yang mahal. Tapi juga upah menjadi bagian dari masalah investor. Jika upah tinggi, melampaui limit margin dari pengusaha, mereka berfikir jika keuntungan makin tipis dan melihat produktifitas rendah, pengusaha lebih memilih untuk hengkang dari indonesia.

"Contoh di kabupaten Sukabumi, salah satu pabrik sepatu membuka cabang di Sukabumi dan pusatnya di Tangerang. Tapi ternyata keluhan presiden direktur adalah produktifitas tenaga kerja di kabupaten Sukabumi tidak setinggi di Tangerang. Padahal UMK disana lebih mahal. Tapi produktifitas tenaga kerja disukabumi rendah. Sehingga sering ada lembur untuk mencapai target yang dinginkan," paparnya.

Seharusnya, sumberdaya manusia setempat perlu ditingkatkan terlebih dahulu untuk menampung investor. Sehinga sulit relokasi perusahaan dilakukan sementara sumber daya manusianya belum disiapkan.

"Paling bagus berbarengan, atau paling tidak disiapkan dulu SDM baru masuk industrinya, akan lebih bagus," tutur Hening.

Oleh karenanya, sebelum pabrik itu dibuka, masyarakat setempat harus diberi pelatihan. Misalkan mau dibuka pabrik sepatu. Masyarakat harus dibuat pelatihan menjahit sepatu. Sehingga Begitu pabrik sepatu tersebut dibuka, masyarakat siap.

Dilain pihak, dalam rangka mengurangi angka pengangguran dikabupaten Bandung, pemkab bekerjasama dengan dinas tenaga kerja dan transmigrasi provinsi Jawa Barat, menggelar jobfair sabilulungan 2014.

Sebanyak seratus perusahaan menjadi peserta jobfair tersebut. Dengan peluang lowongan kerja sebanyak 15 ribu lowongan. Jobfair itu sendiri dilaksanakan dari tanggal 25 November -27 November 2014. Dan buka dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 17.00 sore.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement