Jumat 28 Nov 2014 14:23 WIB

Isu Warga Terlindas, Posisinya Jauh dari Water Canon

Rep: C82/ Red: Winda Destiana Putri
Kepala Polisi Republik Indonesia, Sutarman. (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kepala Polisi Republik Indonesia, Sutarman. (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri membantah kabar adanya korban tewas akibat terlindas water canon (mobil penyemprot air) saat pembubaran unjuk rasa di Makassar, Kamis (27/11) malam.

Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan, penyebab meninggalnya Muhammad Arief (18) alias Ari tersebut bukan karena terlindas.

"Posisi Ari masih 200 meter dari water canon. Jadi itu mungkin ketimpuk batu, terus keinjak-injak warga yang dibubarkan," kata Sutarman di Mabes Polri, Jumat (28/11).

"Bukan, karena tertabrak water cannon. Kalau itu jauh posisinya" katanya menambahkan.

Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Umum Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan hal yang sama. Korban tersebut tewas karena terinjak.

"Korban tewas karena terinjak saat massa unjuk rasa dibubarkan dengan mobil penyemprot air. Pola lukanya berbeda bila tertabrak oleh water canon, bisa dibuktikan melalui otopsi," kata Boy, Jumat (28/11) pagi.

Sebelumnya, beredar informasi mengenai terlindasnya seorang warga Pampang Makassar yang diketahui bernama Ari atau Muhammad Arief (18). Namun, kabar tersebut langsung diluruskan oleh Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar), Komisaris Besar Endi Sutendi.

Endi mengatakan, Arief yang sehari-hari menjadi 'Pak Ogah' atau pengatur lalu lintas terjebak dalam kerumunan massa saat polisi membubarkan pengunjuk rasa dengan gas air mata dan water canon.

Arief terjatuh dengan keadaan kepala terbentur aspal serta terinjak oleh pengunjuk rasa. Korban pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Ibnu Sina. Sayangnya, korban akhirnya meninggal dunia karena luka yang dialami.

Unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tersebut dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muslim Indonesia Kamis, (27/11) sore.

Saat itu, mahasiswa mencoba menerobos kantor Gubernur Sulawesi Selatan namun dicegah aparat kepolisian. Polisi akhirnya membubarkan demonstrasi tersebut setelah terjadi aksi lempar-lemparan batu.

Dalam kejadian tersebut, lima unit sepeda motor yang diparkir di dalam kampus UMI dan satu pos Satauan Pengamanan dibakar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement