REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Hampir satu juta orang mengungsi saat topan Hagupit menerjang Filipina, Sabtu malam (6/12). PBB mengatakan operasi tersebut merupakan salah satu evakuasi bencana terbesar di dunia.
Warga meninggalkan desa mereka yang berada di pesisisr dan rawan longsor di provinsi Samar dan Leyte. Wilayah yang sama ini pernah hancur oleh topan super Haiyan yang menewaskan lebih dari 7.300 orang tahun lalu.
Kekuatan anginnya menjadikan Hagupit badai terbesar yang melanda Filipina tahun ini. Sedikitnya 47 dari 81 provinsi di Filipina berisiko tinggi diterjang Hagupit. Pejabat cuaca masih belum bisa memperkirakan jalur yang akan dilewati topan itu.
Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) mengatakan sekitar 200 ribu orang telah dievakuasi di Provinsi Cebu. "Topan Hagupit memicu evakuasi terbesar yang pernah kami lihat di masa damai," ujar juru bicara UNISDR Denis McClean, dikutip dari Aljazirah, Sabtu (6/12).
Menteri Dalam Negeri Filipina Mar Roxas beberapa jam sebelum topan menerjang mengatakan ebih banyak warga yang rentan dievakuasi.
"Ini dia. Saya tahu kalian lelah, kurang tidur, kurang makan dan terlalu banyak minum kopi Ini tindakan terakhir kita. Setiap orang yang kita selamatkan adalah orang yang harus kita perhatikan setelah topan berlalu," katanya dalam siaran televisi nasional.
Puluhan penerbangan domestik dibatalkan dan layanan kapal feri antarpulau ditunda. Hagupit menerjang pulau Samar, Sabtu malam dengan kecepatan angin mencapai 210 kilometer perjam. Hagupit melemah menjadi kategori tiga. Namun, badan cuaca setempat PAGASA mengatakan topan tersebut mampu menyebabkan kerusakan besar dengan hujan lebat dan gelombang besar hingga 4,5 meter.
Ahli meteorologi Everton Fox mengatakan Hagupit bergerak sangat lambat dan bisa bertahan hingga dua sampai tiga hari.