REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Kelompok Supporter Sepakbola Eropa (FSE) mengecam tindakan Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) atas langkah-langkah baru yang tengah dirancang untuk menindak Ultras.
Ultras, kelompok garis keras sebuah klub sepakbola, sendiri tengah menjadi buah bibir di Spanyol maupun Eropa menyusul tewasnya seorang pendukung Deportivo La Coruna saat mendukung timnya melawan Atletico Madrid pada (30/11) lalu.
Atas insiden tersebut, RFEF berjanji akan melarang Ultras menyaksikan tim kesayangannya berlaga baik di kandang maupun tandang, serta melarang adanya nyanyian ofensif kepada supporter atau pun pemain lawan di stadion.
FSE yang memiliki anggota di 42 negara, mengatakan bahwa pelarangan ini hanya akan menimbulkan kekerasan baru di kalangan Ultras.
"Pertama-tama, ada alasan yang baik untuk meragukan bahwa hukuman massal seperti ini," bunyi pernyataan FSE, Rabu (10/12).
FSE menambahkan bahwa masih banyak anggota Ultras yang berperilaku baik atau tidak rasis. FSE menambahkan bahwa hukuman kolektif bagi seluruh Ultras di Spanyol tidaklah adil.
"Kami menyerukan pendekatan alternatif dari RFEF untuk menangani masalah Ultras," lanjutnya.
Ultras sendiri menjadi bagian tak terpisahkan atas keberadaan klub-klub sepakbola di Italia, Jerman, Spanyol, dan sejumlah negara Eropa lainnya.
Cerita heroik Ultras kala mendukung klub kesayangannya kerap tercoreng atas sejumlah aksi kekerasan yang dilakukan. Meski demikian adanya, tak bisa dipungkiri sejumlah klub sangat bersyukur memiliki Ultras yang fanatik membela timnya dan meneror lawan dengan cara-cara yang masih bisa dipertanggung jawabkan.
Aksi kreatif koreografi serta chant-chant penyemangat dibutuhkan para pemain untuk memompa motivasi di lapangan.