Kamis 11 Dec 2014 20:33 WIB

Emir Mundur, Menteri BUMN: Memang Pas Waktunya

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
  Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengikuti Rapat Kerja dengan Komite II DPD RI di Gedung DPD Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (4/12).   (Republika/Agung Supriyanto)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengikuti Rapat Kerja dengan Komite II DPD RI di Gedung DPD Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (4/12). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri BUMN Rini Soemarno menilai mundurnya Emirsyah Satar di saat yang tepat. Rini menilai, Emirsyah sengaja memajukan purna tugasnya sebagai Dirut Garuda saat ini lantaran besok akan diadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang memang jauh hari telah dijadwalkan tanggal 12 Desember 2014.

"Memang pas waktunya. Pas besok ada rapat pemegang saham yang memang waktu itu untuk diadakannya terus luar biasa, karena Perfomance garuda tahun ini kuartal ketiga sangat buruk," tutur Rini, Kamis (11/12)

ia menambahkan ingin meminta pemaparan mengenai permasalahan, program program sebelumnya dan alasan pengunduran diri. Sehingga memang agendanya adalah pergantian pengurus.

Tentang pengunduran diri Emirsyah yang tiba tiba, Rini menilai tidak ada yang aneh. Dirinya beranggapan bahwa memang masa jabatan Emirsyah akan segera berakhir.

Dan dengan mundurnya Emirsyah, diharapkan jajaran direksi baru nantinya akan memiliki waktu cukup untuk memulai 2015. "Sehingga beliau mengatakan kepada saya, pemegang saham agar secepatnya saja. Agar tim direksi yang baru ke garuda lebih siap untuk memulai tahun 2015 ini dengan manajemen yang baru," jelas Rini.

Besok, lanjut Rini, akan diadakan RUPS. Sehingga masyarakat diminta menunggu siapakah pengganti sosok yang telah membawa Garuda menjadi maskapai terbaik ketujuh di dunia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement