REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI--Muslim Kenya menuntut media dalam negerinya menulis berita berimbang agar tidak memicu prasangka dan Islamofobia di negara Afrika timur tersebut.
"Ketika orang dari agama lain melakukan tindak pidana, kita tidak melihat agama mereka yang diawali dengan tindakan mereka," ujar dosen di Universitas Kenya Sheikh Abdallah Kheir seperti dilansir Islam Online, Jumat (12/12).
Ia mencontohkan bentuk ketidakadilan dalam pemberitaan. Seperti saat seorang pengkhotbah gereja tertangkap membuat bom. Namun, media tidak pernah menyebut tersangka sebagai teroris Kristen.
Media Council of Kenya pun menanggapi keluhan cendekiawan Muslim itu dengan mencermati pemberitaan. Mereka melihat, media Kenya bersikap tidak adil pada umat Islam. Lantaran menggunakan kata-kata dan frase yang menunjukkan hubungan antara tindakan terorisme dengan Islam dan Muslim.
Selain itu, kata-kata terorisme Islam, Islam radikal dan ekstremis Muslim juga sering muncul untuk mempromosikan Islamofobia dengan menghubungkan kejahatan dengan Islam dan Muslim.
"Media telah menyebarkan narasi dominan yang berbatasan dengan pelabelan stereotipe Muslim. Beberapa yang narasi dipantau selalu membicarakan bahwa semua Muslim adalah teroris dan perang melawan terorisme adalah perang antara Muslim dan Kristen, " katanya.