REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Teguh Juwarno mengakui tak ada ikatan ideologis di antara partai Koalisi Merah Putih (KMP). Karenanya, wajar jika kemudian muncul prediksi soliditas KMP akan segera berakhir.
"Secara objektif ikatan yang mempersatukan KMP tidak ideologis. Wajar jika timbul prediksi KMP akan pecah," kata Teguh, Jumat (12/12).
Teguh mengatakan, perpecahan di internal KMP kian dekat ketika munas IX Partai Golkar di Bali merekomendasikan penolakan terhadap Perppu Pilkada. Padahal sebelumnya partai di KMP, termasuk Golkar, telah menandatangani kesepakatan dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk mendukung perppu itu.
Soliditas KMP dibangun atas kepentingan yang bersifat pragmatis. Teguh mengatakan "gula-gula" kekuasaan yang menjadi perekat KMP sudah terbagi rata. "Bagi-bagi jatah pimpinan DPR, MPR dan alat kelengkapan sudah selesai," ujarnya.
Teguh mengatakan, satu-satunya pembagian kekuasaan yang belum terjadi di KMP adalah pilkada lewat DPRD. Jika KMP mendukung pilkada langsung dengan menyetujui Perppu Pilkada, maka soliditas di internal KMP semakin lemah.
Apalagi, jelang 2019 masing-masing partai harus bersaing merebut rakyat dalam pemilu serentak. "Artinya semakin rendah daya ikat kebersamaan KMP. Maka tantangan KMP sebagai koalisi permanen akan semakin berat," katanya.
Teguh memprediksi tidak akan ada lagi koalisi yang bersifat permanen. Koalisi akan terbentuk berdasarkan isu dan kepentingan masing-masing partai. "Kecuali KMP berubah menjadi satu partai," seloroh Teguh.