Jumat 12 Dec 2014 21:58 WIB

Industri Mamin Minta Pemerintah Tambah Pasokan Gula Rafinasi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gula Rafinasi (ilustrasi)
Foto: Corbis
Gula Rafinasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri makanan dan minuman terancam kekurangan bahan baku gula karena pemerintah belum memutuskan pasokan pada bulan depan. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) meminta kepastian dari pemerintah untuk segera membuat keputusan agar industri makanan dan minuman dapat terus berjalan dan tak kekurangan pasokan gula.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan, kebutuhan pasokan gula industri makanan dan minuman mencapai 600 ribu ton. Kebutuhan tersebut untuk jangka waktu tiga bulan ke depan yakni dari Januari sampai Maret 2015.

Jumlah itu dihitung berdasarkan kebutuhan untuk industri menengah sampai besar, sedangkan untuk industri kecil akan dikonversi yang diperkirakan berdasarkan batas performance tahun lalu.  "Data terakhir menyebutkan jumlah 600 ribu ton tersebut berlaku untuk 31 perusahaan skala menengah besar, kami akan terus melakukan pendataan dan selalu update ke pemerintah," ujar Adhi di Jakarta, Jumat (12/12).

Adhi mengatakan, Gapmmi bersama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan telah sepakat untuk menyelesaikan pasokan selama tiga bulan terbih dahulu. Menurut Adhi, apabila ditambahkan dengan kebutuhan gula bagi industri makanan dan minuman skala kecil, maka diperkirakan akan bertambah sekitar 800 ribu ton.

Selain itu, pelaku usaha industri makanan dan minuman juga mengingatkan pada pemerintah untuk mulai memikirkan stok gula menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun depan yang jatuh pada Juli.    "Puncak panen sekitar April sampai Juni, berarti Maret harus sudah ada persiapan dan jangan sampai terlambat sehingga nantinya stok kosong," ujar Adhi. 

Adhi menambahkan, secara keseluruhan pada 2015 mendatang kebutuhan pasokan gula untuk industri makanan dan minuman mencapai 3,2 juta ton. Sementara pertumbuhan industri ini diprediksi mencapai delapan persen. Adhi mengatakan, pertumbuhan industri makanan dan minuman termasuk yang paling tinggi di sektor non migas. Menurutnya, apabila tidak terjadi hambatan-hambatan, pertumbuhan industri tersebut mampu mencapai angka double digit.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement