REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ingat kisah pelarian paling berani dan rumit yang pernah dilakukan, oleh tiga narapidana dari pejara pulau Alcatraz? Kisah tersebut bahkan pernah didramatisasi oleh Clint Eastwood dalam filmnya yang berjudul "Escape from Alcatraz".
Pada tahun 1962, tiga perampok bank yakni Clarence Anglin, John Anglin dan Frank Morris menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menggali sebuah terowongan untuk melarikan diri dari sel beton dengan menggunakan sendok tajam. Tepat pada malam 11 Juni 1962, mereka meninggalkan kepala boneka yang terbuat dari sabun, kertas toilet dan rambut di tempat tidur mereka.
Ketiganya kemudian merangkak keluar dan melarikan diri dari penjara. Di tepi pantai, mereka diperkirakan membuat rakit tiup dari jas hujan dan berlayar memasuki Teluk San Fransisco. Hingga saat ini, sosok ketiga tahanan tak pernah ditemkan. Meski pencarian intens telah dilakukan tak ada yang pernah tahu apakah mereka selamat atau tewas.
Setelah 52 tahun berlalu, sebuah tim ilmuan Belanda kini berupaya menjelaskan apa yang terjadi malam itu. Dr Rolf Hut bersama rekannya Olivier Hoes menggunakan model hidrolik performa tinggi untuk melakukan simulasi pergerakan para tahanan di wilayah perairan San Fransisco. Mereka mencoba menganalisis ulang apa yang terjadi pada 1962.
Spesialis simulasi di Deltares Fedor Baart menjelaskan, mereka tak tahu pasti kapan para tahanan meluncurkan perahu mereka ke perairan atau titik awal keberangkatan mereka. "Jadi kami memutuskan melepas 50 perahu (maya) setiap 30 menit dari berbagai titik kemungkinan melarikan diri di Alcatraz, untuk melihat di mana mereka akan berakhir," katanya.
Dengan bantuan dari kapal virtual tersebut, para peneliti menemukan bahwa jika narapidana melarikan diri beberapa jam sebelum tengah malam mala mereka dipastikan akan tewas. Dr Hut mengatakan, skenario terburuknya mereka akan tersapu air laut yang pasang dan mereka akan meninggal karena hipotermia.
"Teluk San Fransisco memiliki salah satu arus pasang surut terkuat mengalir ke bawah Jembatan Golden Gate," ujar Hut.
Tapi ia menambahkan, jika narapidana baru meluncur setelah pukul 01.00 dini hari air pasang akan berbalik dan membawa pelarian pada nasib yang berbeda. Hut nmenjelaskan mereka akan terdorong kembali ke Teluk Dan kemudian tergantung cara mereka mendayung. Mereka bisa ke ara utara menuju Berkeley dan muara Sungai Sacramento atau ke selatan menuju Oakland melewati Treasure Island.
"Di kedua kemungkinan itu meeka akan menghabiskan banyak waktu di air dan kemungkinan akan meninggal karena hipotermia, atau mereka akan dijemput oleh polisi karena matahari terbit pukul 06.00," jelas Hut.
Namun, tim menemukan satu kemungkinan kecil di mana kemungkinan mereka lolos dan hidup bisa terjadi. Yakni jika mereka meninggalkan Alcatraz tepat pada tengah malam mereka akan tersedot keluar menuju Jembatan Golden Gate.
"Tapi saat mendekat Golden Gate air pasang akan berbalik, dan memberi mereka kesempatan mencapai tanjung laut di sisi utara Golden Gate," kata Hut pada BBC News.
Tim telah menghasilkan visualisasi yang menunjukkan skenario terburuk dan skenario terbaik, di mana mereka mendatung ke utara dengan kecepatan 25 cm per detik.
Model ini juga memperkirakan bahwa setiap puing-puing perahu rakitan akan melayang kembali ke Teluk menuju Pulau Bidadari, di mana FBI menemukan dayung dan beberapa barang pribadi. Namun tim menunjkkan, model simulasi tak dapat membuktikan apa yang terjadi hanya membantu menampilkan beberapa skenario.
"Kami hanya membantu menjelajah kemungkinan dalam lingkup yang bisa kita hitung," kata Dr Hut. Ia menambahkan timnya hanya mencoba mengeksplorasi kemungkinan mereka melakukan pendaratan dengan selamat tanpa bantuan tambahan atau peristiwa lain yang terjadi.
Meski begitu hingga kini keberadaan tiga narapidana tersebut masih menjadi misteri.