REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan menghadiri perayaan Natal di Papua. Jokowi rencananya akan merayakan Natal bersama masyarakat Jayapura, Wamena, dan Sorong.
Meski demikian, Presiden tidak akan mengikuti ritual ibadah umat Kristiani. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanna Yembise, yang juga menjadi ketua panitia Natal nasional mengatakan, Jokowi hanya akan membuka perayaaan Natal di Papua.
"Beliau buka acara yang diawali dengan lagu Indonesia Raya, ada laporan dari ketua panitia, lalu presiden sambutan. Akan ada sedikit narasi dari pendeta-pendeta di sana, setelah itu sudah, presiden tinggal menikmati tari-tarian dan paduan suara," ujar menteri asal Papua tersebut di Istana Negara, Kamis (18/12).
Selain menghadiri perayaan Natal, menurut dia, presiden juga akan blusukan ke beberapa tempat untuk melihat kondisi masyarakat di pulau paling timur Indonesia tersebut.
Sementara itu, mengenai adanya penolakan sejumlah warga Papua terhadap kedatangan presiden, Yohanna mengatakan bahwa hal itu tidak akan membatalkan rencana Jokowi berkunjung ke sana. "Itu hanya sekelompok kecil orang saja. Tidak ada orang yang bisa melarang presiden kemana-kemana karena itu adalah jadwal presiden," ucap dia.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah pimpinan gereja yang tergabung dalam Forum Oikumens Gereja-Gereja Papua menyatakan menolak kedatangan Jokowi ke Papua pada 27 Desember mendatang.
Kedatangan presiden untuk menghadiri perayaan Natal di tengah kondisi masyarakat Papua yang tengah berduka dinilai tidak tepat. Sebab, beberapa waktu lalu terjadi peristiwa penembakan warga sipil oleh anggota kepolisian yang menewaskan lima orang.
"Rakyat Papua sedang berduka karena pembantaian di Paniai. Sedangkan Jokowi ingin merayakan Natal dengan habiskan dana puluhan miliar. Damai apa yang Jokowi mau bawa?" ucap Pendeta Benny Giay.