Ahad 21 Dec 2014 16:08 WIB

Budidaya Tebu Terancam Ditinggalkan Petani

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Petani tebu di Kandat, Kabupaten, Kediri mengaku merugi karena rendahnya harga tebu.
Foto: Antara
Petani tebu di Kandat, Kabupaten, Kediri mengaku merugi karena rendahnya harga tebu.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Minat para petani untuk menanam tebu dikhawatirkan akan hilang. Hal itu menyusul keterpurukan budidaya tebu, baik dari sisi produksi, rendemen maupun harga gula.

Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) Jawa Barat, Haris Sukmawan, mengatakan, 2014 merupakan masa yang suram bagi petani tebu. Dari segi produksi dan rendemen, kondisinya jauh dari target. Bahkan untuk rendemen, pada tahun ini hanya mencapai 6,1 – 6,2. Padahal, tingkat rendemen seharusnya minimal mencapai tujuh.

Pria yang biasa disapa Wawan itu menyebutkan, dari segi harga gula, hanya berada pada kisaran Rp 7.900 – Rp 8.000 per kg. Harga tersebut jauh dibawah harga dasar gula pemerintah yang mencapai Rp 8.500 per kg. Pada 2013, tambah Wawan, kondisinya juga hampir sama dengan 2014. Namun, pada 2013 masih sedikit lebih baik karena harga gula masih berada di kisaran Rp 9.000 per kg. ‘’Kalau 2015 nanti kondisinya sama dengan 2014 dan 2013, maka para petani tebu akan beralih ke komoditas lain,’’ ujar Wawan, akhir pekan kemarin.

Wawan mengatakan, indikasi beralihnya petani tebu pada budidaya lain sudah terlihat. Saat ini, sejumlah petani sudah mulai mengurangi luas areal penanaman tebu. Mereka menggantinya dengan komoditas lain yang dinilai lebih menguntungkan, seperti padi, jagung dan singkong. Wawan menilai, keterpurukan nasib petani tebu salah satunya akibat gempuran gula impor rafinasi yang beredar di pasaran. Dia menyatakan, gula impor rafinasi menyebabkan harga gula lokal menjadi jatuh bahkan sulit terjual. ‘’Karena itu, pemerintah harus mengawasi dengan ketat impor gula rafinasi agar jangan melebihi kebutuhan,’’ tegas Wawan.

Tak hanya itu, Wawan juga meminta pemerintah merevitalisasi seluruh mesin tua yang ada di pabrik gula. Pasalnya, mesin-mesin tua hanya mampu menghasilkan tingkat rendemen yang rendah. Salah seorang petani tebu, Dulah, mengaku kini mulai mengurangi areal penanaman tebunya. Pasalnya, biaya tanam tebu yang harus dikeluarkannya tak sebanding dengan harga gula saat ini. ‘’Saya mulai menanam singkong,’’ tutur Dulah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement