REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Politikus sekuler veteran Beji Caid Essebsi dengan cepat mengklaim kemenangan atas pemilihan umum yang digelar di Tunisia. Namun, pihak oposisi menyatakan, masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan.
Al Jazeera melaporkan, Essebsi menyatakan kemenangan dalam pemilihan umum presiden Tunisia. Pemilu dipandang sebagai langkah terakhir untuk pergeseran menuju demokrasi penuh, setelah mepat tahun pemberontakan yang menggulingkan Zine el-Abidine Ben Ali.
Hasil resmi belum keluar hingga Senin (22/12). Sementara saingannya Presiden incumbent Moncef Marzouki menolak mengakui kekalahan.
Setelah pemungutan suara ditutup, Essebsi mengumumkan kemenanganya dengan perbedaan suara yang menurutnya telah jelas. Para pendukungnya bergembira turun ke jalan-jalan ibu kota merayakan dan meneriakkan, "Presiden Beji!".
Kemenangan bagi Beji akan memungkinkannya untuk mengkonsolidasikan kekuasaan, dengan partai sekuler barunya Nida Tounes (Panggilan untuk Tunisia). Selama ini partai tersebut telah mengendalikan parlemen, setelah mengalahkan partai Islam utama dalam pemilu legislatif pada Oktober silam.
"Saya mendedikasikan kemenangan saya untuk para martir dari Tunisia. Saya berterima kasih pada Marzouki, sekarang kita harus bekerja sama dengan siapa pun," kata Essebsi dalam sebuah wawancara dengan televisi lokal.
Tapi kepala kampanye Marzouki, Adnen Monsar, menolak klaim tersebut. Menurutnya masih terlalu dini menyatakan kemenangan. "Tak ada yang dikonfirmasi sejauh ini," ungkap Monsar kepada wartawan.
Satu jam sebelum pemungutan suara ditutup, petugas pemilu melaporkan hanya sekitar 48 persen warga Tunisia yang mengikuti pemilu dari sekitar 5,3juta pemilih terdaftar. Warga tampaknya mulai lelah mengikuti serangkaian pemilihan umum di negara tersebut. Pemilu presiden merupakan pemilihan ketiga dalam dua bulan terakhir.