Ahad 28 Dec 2014 13:58 WIB

Kisah Anak Pengemis Karcis Kereta (2-habis)

Rep: c94/ Red: Damanhuri Zuhri
Stasiun Bogor
Foto: IST
Stasiun Bogor

REPUBLIKA.CO.ID,

Ketika dihampiri Republika, Suci sedikit ketakutan. Ia menghela nafas sekuat tenaga. Dalam penuturannya, ia mengaku terpaksa menjadi pengemis kartu sebab mengingat beban biaya sekolahnya yang begitu berat.

"Kalau pagi hari aku sekolah, kak. Dan, sore harinya aku ke Stasiun-stasiun. Tapi lebih sering, aku ke stasiun Bogor," ungkap Suci sambil mengusap wajah dengan tangan mungilnya.

Lokasi yang menjadi tempat di mana Suci meminta kartu relatif berpindah-pindah. Terutama, kata Suci, stasiun yang banyak penumpang turun atau penumpang yang mengantre di loket penukaran.

"Stasiun Depok banyak tapi jarang yang pakai kartu harian, kak. Rata-rata di sana pakai kartu isi ulang. Makanya saya lebih suka di Citayam atau Bogor aja. tapi aku lebih sering di Stasiun Bogor soalnya penumpangnya baik-baik," ungkapnya.

Sore itu dengan harapan mendapat belas kasihan penumpang, Suci berhasil mendapatkan kartu dari salah satu pengunjung yang ia hampiri. Pengunjung itu bernama Yudi Andika (28), saat ditanya Yudi mengaku sengaja memberikan kartu kepada Suci karena melihat kondisi loket penukaran sedang mengalami antrean panjang.

"Ya kasihan, dari pada menghabiskan waktu mengantre hanya untuk Rp 5 ribu, lebih baik lekas pulang. Lagian loketnya penuh,"katanya kepada Republika, Sabtu (27/12).

Suci mengumpulkan kartu tersebut satu per satu. Seharinya enam hingga 11 kartu dapat ia kumpulkan atau mengantongi uang sekitar Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu.

Selain Suci, anak lainnya bernama Joseph (11), ia mengaku sudah menggeluti kegiatan itu menjadi rutinitas kesehariannya. "Sudah lama kak, keberulan rumah saya dekat Stasiun Bogor. tapi kadang saya takut suka diusir sama Pak Satpam," katanya.

Setelah kartu terkumpul, Suci dan Joseph bersama teman-teman sebayannya beramai-ramai menukarkan kartu di loket petugas. Petugas yang menerima tidak membuang iba ketika anak-anak menukarkan kartu tersebut. Meskipun petugas mengetahui tiket karcis itu didapatkannya dari para penumpang KRL.

Berbeda dengan Yudi, penumpang pengguna kartu harian lainnya, Shinta Sherdiani (24) mengatakan, keberadaan anak-anak yang kerap meminta kartu membuat dirinya merasa terganggu. "Pastinya itu juga membuat penumpang lainnya terganggu. Tetapi kalau enggak ngasih kasihan juga," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement