REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) MUI bidang Hubungan Luar Negeri dan Hubungan Internasional Muhyidin Junaidi mengkhawatirkan insiden pembunuhan 12 awak Majalah Charlie Hebdo merugikan umat Islam di seluruh dunia.
"Kami berharap masyarakat internasional bersikap adil dengan adanya kejadian ini, dengan tidak menggeneralisasi insiden sebagai bagian dari Islam. Kami khawatir dengan gerakan anti-Muslim," katanya di kantornya, Menteng, Jakarta, Kamis.
Kehawatirannya itu didasarkan pada sejumlah tindakan diskriminasi di sejumlah negara. Dengan adanya kejadian ini, pihaknya khawatir dengan menguatnya sentimen anti-Islam seperti di negara-negara Eropa.
"Kejadian diskriminasi lainnya terjadi di Jerman, Swedia dan terakhir di Bulgaria dengan kasus pembakaran area masjid di sana," kata dia.
Di Prancis sendiri terdapat gelombang protes terhadap penembakan kru media Charlie Hebdo. Protes itu dikhawatirkan memberi dampak negatif bagi Muslim di Negeri Fashion tersebut. Terlebih Prancis menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di Eropa yang disusul oleh Inggris.
Kendati demikian, dia mengecam aksi serangan mematikan itu karena bertentangan dengan nilai Islam dan kemanusiaan. Muhyidin mengatakan insiden penembakan itu sendiri kemungkinan ditengarai oleh reaksi terhadap aksi.
"Setiap ada reaksi itu dipicu aksi seperti insiden pembunuhan itu. Media tersebut kerap menyudutkan ajaran agama Islam meski mengatasnamakan kebebasan berekspresi padahal nabi di dalam Islam itu sakral kedudukannya," kata dia.
"Mengecam isi majalah boleh dilakukan tetapi penembakan itu tidak sesuai dengan semangat Islam sebagai rahmat alam semesta," kata dia.