Senin 12 Jan 2015 13:15 WIB

Ini Dia Profil Beghal, Perekrut Pelaku Serangan Charlie Hebdo

Rep: c 01/ Red: Indah Wulandari
Djamel Beghal
Foto: telegraph
Djamel Beghal

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS--Djamel Beghal alias Abou Hamza diidentifikasi sebagai mentor dari tiga pelaku penembakan kantor tabloid mingguan Charlie Hebdo.

Beghal yang saat ini berdomisili di Inggris, sebelumnya telah masuk dalam daftar orang yang dicurigai badan-badan intelijen di Barat selama 15 tahun terakhir.

Beghal merupakan penghubung antara salah satu pelaku penyerangan Charlie Hebdo, Chérif Kouachi dan Amedy Coulibaly yang merupakan penyandera di swalayan milik orang Yahudi, Kosher. Ia disebut sebagai keturunan Prancis-Aljazair yang pindah dari Paris menuju Inggris pada 1997 lalu.

Ia merupakan murid dari dua pengkhotbah radikal, Abu Hamza dan Abu Qatada. Serta terkenal sebagai salah satu perekrut handal Alkaidah di Eropa.

The Guardian melansir bahwa para penyidik meyakini Kouachi diradikalisasi oleh Beghal ketika ia dipenjara saat merencanakan pengeboman terhadap Kedutaan Besar AS di Paris. Pertemuan keduanya kemudian berlanjut di Auvergne, bagian selatan Prancis, ketika Beghal menjalani tahanan rumah.

Begitu pula dengan Coulibaly dan istrinya, Hayat Boumeddiene. Boumeddiene menyatakan pada kepolisian bahwa ia dan Coulibaly juga berkunjung ke Auvergne menemui Beghal untuk latihan memanah.

Pada awalnya, Beghal datang ke Paris saat ia berusia 22 tahun. Ia kemudian menikahi warga Prancis, Sylvie, pada 1990. Di saat yang sama ia bekerja dan juga mencoba melaukan perekrutan mualaf di Corbeil-Essonnes, kota kecil dekat danau Seine di selatan Paris.

Pertama kali ia berhubungan dengan pihak berwenang di Prancis pada 1996. Saat itu, Beghal dimintai keterangan oleh otoritas Prancis karena nomor teleponnya dimiliki oleh tersangka teroris. Pada 2000, Beghal kemudian pindah ke Jalalabad, Afghanistan

Beghal juga cukup sering berurusan dengan pihak kepolisian. Pada Juli 2001, ia ditahan di bandara Abu Dhabi. Saat itu otoritas setempat mencurigai bahwa ia akan ke Eropa untuk memimpin serangan Osama bin Laden di Barat. Pasalnya, ia sempat menerima pelatihan dari senior di Alkaidah di Afghanistan.

Dalam interogasi, Beghal kemudian mengakui semua itu, termasuk rencananya untuk kembali ke Prancis untuk menyerang kedutaan besar AS di sana.

Meski mengurungkan niat untuk melakukan penyerangan ke kedutaan besar AS, Beghal kemudian melakukan aksi terorisme pada Maret 2005. Akibatnya, ia dipenjara selama 10 tahun.

Medio tahun 2009, Beghal dibebaskan dari penjara dan menjadi tahanan rumah di Auvergne. Di sinilah ia kerap dikunjungi oleh Kouachi dan Coulibaly.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement