REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menlu era Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alwi Shihab ikut berkomentar mengenai pencalonan Komnjen Pol Budi Gunawan sebagai kapolri. Alwi menyebut, dinamika politik yang berjalan dari gonjang ganjing kapolri baru-baru ini membuktikan bahwa tak ada satupun yang bisa diramalkan tentang suatu hal akan terjadi.
"Mengikuti dinamika pencalonan Bapak Budi Gunawan sebagai Kapolri, memperkokoh keyakinan kita bahwa tak ada yang bisa meramalkan apa yang akan terjadi besok," kata Alwi melalui akun twitternya @ShihabAlwi, Kamis (15/1) malam.
Melalui perspektif islam, kata Alwi, Tuhan akan memuliakan siapapun yang dikehendaki untuk menjadi pemimpin. Begitupun dengan memilih orang-orang yang hendak dijatuhkan.
Hal ini merujuk kepada status tersangka yang disandang Budi di saat langkahnya hampir pasti mulus melenggang menjadi orang nomor satu di Polri. Untuk itu, ia mengajak untuk mendoakan agar memudahkan pemimpin Indonesia dalam menentukan pilihan.
"Mari kita bertawakal, pasrah ke yang maha kuasa sambil berdoa yang terbaik bagi bangsa ini," tulis Alwi.
Saat ini pemerintah dihadapkan pada situasi sulit jelang pergantian kapolri. Sebab satu-satunya kandidat yang diajukan presiden, yaitu Komjen Budi Gunawan justru mendapat status tersangka dari Komisi Pemberantasan Korupsi saat hendak melakukan tes uji kelayakan di DPR.
Meski sudah tersangka, DPR tetap melakukan tes uji kelayakan terhadap Budi. Setelah uji kelayakan serta dibawa ke sidang paripurna, DPR telah menyetujui rekomendasi presiden agar Budi Gunawan menjadi kapolri pengganti Sutarman yang akan pensiun pada Oktober nanti.
Dengan hasil ini bola panas kini berada di tangan Jokowi. Apakah akan tetap melantik Budi Gunawan atau justru menganulirnya untuk diganti dengan kandidat baru.
Sementara barisan relawan pendukung Jokowi siang tadi melayangkan aksi protes agar Jokowi tidak melantik Budi Gunawan. Relawan yang menyukseskan konser salam dua jari kala masih dalam masa kampanye lalu juga mendesak KPK agar menuntaskan kasus yang melibatkan Budi.