REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Legislator Kabupaten Tangerang, Banten, mencatat terdapat sekitar 29.000 warga di wilayah itu yang berstatus buta aksara sehingga perlu evaluasi kinerja aparat terkait untuk mencari solusi terbaik mengatasinya.
"Ini dapat dianggap salah satu kegagalan aparat Dinas Pendidikan setempat," kata Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang Ahmad Ghozali di Tangerang, Jumat (16/1).
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan pihaknya merencanakan pekan depan untuk melakukan klarifikasi kepada aparat Dinas Pendidikan menyangkut warga buta aksara itu.
Menurut dia, pihaknya mendapatkan laporan jumlah buta aksara di wilayah ini sebanyak 29.000, itu artinya setiap kecamatan terdapat 1.000 warga yang buta huruf. "Apa saja tugas pendidik di wilayah ini selama ini, sampai masih ada puluhan ribu penduduk yang tidak dapat membaca," katanya.
Ahmad mengatakan masalah ini adalah serius dan mendesak aparat berwenang untuk dapat menuntaskan persoalan tersebut dan mereka harus memiliki perencanaan matang agar buta aksara perlahan dapat berkurang.
Dia menambahkan sebagai daerah industri, maka hal tersebut merupakan persoalan penting menyangkut lapangan kerja, dan tidak ada pengusaha pabrik yang bersedia menerima pekerja yang buta huruf.
Sementara itu Kepala Bidang Pendidikan Formal Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang Taty Purnaty mengatakan pihaknya telah menargetkan tahun 2015 untuk mengurangi sebanyak 2.000 warga buta aksara.
Taty mengatakan terdapat sebanyak 54 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk mengatasi masalah tersebut, di antaranya dibantu oleh para relawan.
Warga Kabupaten Tangerang berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 sebanyak 2,838 juta jiwa berdomisili pada 29 kecamatan dan 348 desa serta kelurahan.