REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wisatawan pengguna kapal wisata dari Ancol ke Kepulauan Seribu mengalami penurunan tajam hingga 70 persen sejak akhir Desember tahun lalu.
"Cuaca sering tidak mendukung pelayaran, wisatawan pun jadi takut. Akhirnya ya sepi seperti ini, pemasukan turun," kata salah seorang nahkoda, Doni Drupanggang, di Jakarta, Jumat (16/1).
Biasanya Doni membawa 100--150 penumpang untuk berwisata, namun akibat cuaca buruk maksimal hanya 50 penumpang yang berwisata ke sejumlah destinasi seperti Pulau Tidung atau Pulau Pari.
Akibat cuaca buruk dan ombak yang tinggi banyak wisatawan yang takut berlayar dengan kapal wisata dan membatalkan agendanya. "Minggu pertama bulan ini, ombak sedang tinggi-tingginya. Sampai kapal yang di Muara Angke juga tidak berani melaut," kata Doni menjelaskan.
Ia menjelaskan, sebenarnya kondisi perairan dengan ombak yang tinggi hanya terjadi saat pagi dan akan membaik ketika siang hari, sehingga wisatawan seharusnya tidak perlu khawatir. "Kalau pagi terpengaruh angin barat laut, jadi ombaknya tinggi. Tapi kalau sudah jam 12 siang membaik, aman untuk berlayar," katanya.
Sebelumnya Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengingatkan terjadinya potensi gelombang tinggi dan memperingatkan nelayan agar tidak melaut terlalu jauh dari lepas pantai.
"Saat ini kecepatan angin sekitar 10 hingga 35 knot, sehingga berpotensi menyebabkan gelombang besar," kata Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG Muhammad Fadli di Jakarta, Senin.