REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain menyatakan, dugaan terhadap penyebaran aliran Isa Bugis di SMP Proklamasi, Parung, Kabupaten Bogor, perlu menjadi perhatian khusus Kementerian Pendidikan. Sebab menurutnya, aliran Isa Bugis sudah ditetapkan sesat sejak 1980-an.
Zulkarnain mengatakan, aliran Isa Bugis muncul pada 1926 di Kota Bakhti Aceh Pidie. Meski minoritas, menurutnya tidak menutup kemungkinan aliran tersebut bisa hadir kembali.
Buktinya di SMP Proklamasi aliran ini muncul kembali. Ciri khas aliran ini, selalu ingin menerjemahkan dan menganalisa agama Islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. "Seperti ideologi komunis dengan kapitalis, antara nur dan zulumat," tutur dia di Jakarta, Senin (19/1).
Ia berusaha mengilmiahkan agama dan kekuasan dan menolak semua hal yang tidak masuk akal. Selain itu, aliran Isa Bugis banyak diikuti kaum intelektual yang cenderung menggunakan akal dan pikiran.
Aliran ini selalu menolak mukjizat para nabi, seperti mukjizat Nabi Musa as yang membelah lautan dengan tongkat. Atau Nabi Ibrahim as yang menyembelih Nabi Ismail as.
Menurut aliran ini semua mukjizat nabi tersebut adalah dongeng. Selain itu dalam bidang keilmuan, Isa Bugis menyebutkan ilmu fiqih, ilmu tauhid dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang mengajarkan ilmu ini dalam Isa Bugis harus diasingkan. Contoh dalam ajarannya seperti air zam-zam di Mekkah adalah air bekas bangkai orang arab.