REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Satu lagi jenazah korban insiden Air Asia QZ 8501 berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur, Rabu (28/1). Jenazah atas nama Marriane Claudia Ardhi (11) dapat diidentifikasi tim DVI melalui pencocokan DNA.
Ketua tim DVI Polda Jawa Timur (Jatim) Kombes Pol dr Budiyono menjelaskan, identitas Marianne diputus tidak terbantahkan setelah adanya kesesuaian antara sampel DNA yang diambil dari jasad korban dan jejak DNA dari seragam sekolah korban yang belum cuci.
"Tim mengambil beberapa pembanding di rumah korban, salah satunya seragam, dan hasilnya matching seratus persen," ujar Budiyono dalam jumpa pers di Mapolda Jatim.
Budiyono menjelaskan, jejak DNA pada barang pribadi Marriane digunakan DVI sebagai pembanding karena kedua orangtua yang menjadi sumber DNA pembanding utama juga menjadi korban dan belum teridentifikasi. Selain pencocokan DNA, menurut Budiyono, ada sejumlah temuan yang menjadi pendukung, yakni kesesuaian analisis superimposisi, data medis-antropologi, serta properti.
"Dengan menggunakan teknik superimposisi, foto kepala jenazah, semua titik, mata, dahi, mulut, hidung dan rahang, semuanya klop," ujar dia. Superimposisi sendiri adalah teknik identifikasi melalui gambar tiga dimensi menggunakan piranti lunak komputer.
Selain itu, menurut Budiyono, kesimpulan identifikasi juga didukung oleh kesesuaian data medis-antropologi, yakni usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Terakhir, didukung oleh kesesuaian data properti, yakni celana panjang berwarna krem yang ia kenakan.
Marriane Claudia Ardhi merupakan orang pertama dari lima anggota keluarga Ardhi asal Surabaya yang menjadi korban. Ayah, ibu dan kedua saudara Marriane berturut-turut adalah Reggy Ardhi, Caroline Harwon Lioe, Michelle Clemency Ardhi dan Jayden Cruz Ardhi.
Hingga hari ke-32 (Rabu, 28/1) sejak pesawat Air Asia QZ 8501 jatuh, total jenazah diterima Tim DVI berjumlah 70, dengan rincian, 56 sudah teridentifikasi, dan 14 masih dalam pendalaman.