REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Lida Puspaningtyas
Unit Intellegence Economist (EIU) mengeluarkan laporan terbaru bertajuk The Safe Cities Index 2015 yang disponsori oleh NEC, Rabu (28/1). Ibu kota Indonesia, Jakarta masuk ke dalam hitungan. Sayangnya, hitungan tersebut tidak membanggakan.
Jakarta bertengger di posisi terakhir dalam urutan kota paling aman di dunia. Laporan dibuat berdasarkan lebih dari 40 indikator kualitatif dan kuantitatif yang masuk dalam empat kategori, yaitu keamanan digital, keamanan kesehatan, keamanan infrastruktur, dan keamanan personal.
Setiap kategori terdiri dari antara tiga hingga delapan subindikator. Penilaian index fokus pada 50 kota yang dipilih oleh EIU berdasarkan ketersediaan data dan faktor representasi regional. Analisis index juga diperoleh dari hasil penelitian skala luas dan interview penduduk.
Laporan ditulis Sarah Murray dan diedit oleh James Chambers. Amie Nagano dan Takato Mori melengkapi dengan interview, Chris Clague membangun index, Gaddi Tam membuat desain dan EIU bertanggungjawab atas semua konten. Laporan ini menegaskan tidak ada campur tangan sponsor yang memberatkan.
Hasil penelitian dibagi dalam lima wilayah, yaitu Amerika Utara, Eropa, Asia, Amerika Selatan dan Tengah dan Timur tengah dan Afrika. Di Asia, kota dengan nomor urut satu sebagai kota paling aman adalah Tokyo, diikuti Singapura, Osaka, Syney dan Melbourne. Jakarta terperosok diposisi terakhir, yaitu posisi 18 meninggalkan New Delhi, Bangkok dan Mumbai.
Di Eropa, kota teraman dinobatkan pada Stockholm, sementara posisi terakhir ditempati Moskow. Di Timur Tengah dan Afrika, kota paling aman, yaitu Abu Dhabi diikuti Doha, Kuwait City, Riyadh, Johanesburg dan Tehran.
Di Amerika Selatan dan Tengah, kota teraman yaitu Santiago, diikuti Buenos Aires, Lima, Rio de Janeiro, Sao Paulo dan Mexico City. Sementara di Amerika Utara, urutannya dimulai dari Toronto, New York, San Francisco, Montreal, Chicago, Los Angeles dan Washington DC.
Meski demikian, keamanan sebuah kota bisa meningkat dan menurun. Salah satu index yang diperhitungkan yaitu faktor urbanisasi. Seperti misalnya New York pada 1990 mencatat kasus pembunuhan hingga 2.245 kasus atau sekitar enam pembunuhan dalam sehari.
Namun sejak populasi meningkat, tingkat pembunuhan turun. Pada 2013, angkanya stabil di 335 kasus. Kasus lain, ibu kota Korea Selatan, Seoul mengalami kemerosotan populasi sebanyak 800 ribu jiwa sejak 1990 sehingga berpengaruh pada peringkatnya yang berada di bawah Tokyo.
Selain itu, adanya ancaman terorisme, bencana alam juga bisa mengubah keamanan kota, termasuk hal daya listrik, komunikasi dan sistem transportasi. Index keamanan kota ini diakui memiliki banyak kerumitan.
Sementara, Jakarta tidak hanya menempati urutan terendah di Asia tapi juga diantara 50 negara lainnya. Jakarta hanya aman di kategori keselamatan kesehatan. Tokyo berada di posisi puncak index dalam kategori keamanan digital, tiga poin lebih tinggi dibanding Singapura.
Pada umumnya, negara maju berada di tingkat atas. Meski demikian kekayaan dan sumber daya bukan jaminan. Dari empat kota di timur tengah dengan pendapatan tinggi, hanya satu kota yaitu Abu Dhabi yang berada di tingkat pertengahan index dari seluruh kota. Abu Dhabi berada di peringkat ke 21, sementara Riyadh di posisi 46.