REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPRD DKI dari Fraksi Gerindra, Muhammad Sanusi mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum optimal dalam menanggulangi kemacetan. Ia pun tak heran jika Jakarta dinobatkan sebagai kota paling macet di dunia.
"Memang benar, macet. Perbandingan kendaraan dan ruas jalan (Rate ratio) kita kan rendah, hanya satu persen," ujarnya, Rabu (4/2).
Menurutnya Pemrov harus melakukan tiga hal, peningkatan transportasi masal, meningkatkan rate ratio, dan melakukan manajemen traffic, seperti ERP. Ia mengatakan agar pemprov lebih fokus mengelola sarana transportasi, terutama busway.
Sebab dari pertama munculnya Trans Jakarta hingga sekarang, tidak ada satupun target yang berhasil dicapai. Misalkan jeda antara keberangkatan bis dengan kedatangan armada lainnya.
Selain itu keberadaan MRT yang tidak jelas pun semakin memperpanjang ketidakoptimalan pemprov dalam menangani kacetan. Tapi di luar itu Jakarta memang merupakan kota paling gemuk secara fungsi. Karena sebagai Ibu Kota, ia memiliki peranan sebagai pusat pemerintahan, pariwisata, kota satelit, dan bisnis.
"Jakarta ini kota paling rakus juga sedunia. Ini salah satu penyebab kemacetannya," katanya.
Ia menambahkan bahwa kota lain pun harus turut berkontribusi mengurangi beban Jakarta. Sebab masalah DKI pun menjadi problem yang harus dipecahkan oleh pusat. Oleh itu sangat baik, jika salah satu fungsi utama Jakarta dipindahkan ke kota lain.