REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku yang berjudul “Saatnya Aku Belajar Pacaran” menimbulkan kehebohan di media Facebook dan juga twitter. Isi buku itu yakni mengajak remaja untuk melakukan zina.
Anggota DPD, Fahira Idris mengatakan lolosnya buku-buku yang mengandung konten berbahaya bagi anak dan remaja sudah seringkali terjadi. Karena itu, ia meminta pemerinta mengambil tindakan tegas.
“Jangan harap revolusi mental tercipta kalau buku-buku seperti ini masih ada di pasaran,” ujar dia, Rabu (4/2).
Langkah tegas, kata dia, dilakukan agar ada efek jera. Baik penulis maupun penerbit yang menerbitkan buku-buku mengandung ‘racun’ seperti itu harus dikenakan sanksi.
Dia juga meminta IKAPI memberi sanksi kepada penerbit yang meloloskan buku dengan konten yang berpotensi merusak generasi muda ini. Perpustakaan nasional sebagai lembaga yang memberi ISBN juga diminta lebih teliti.
"Buku-buku yang punya potensi merusak moral jangan diberi ISBN,” ujar senator asal Jakarta ini.
Fahira berpendapat, pemerintah punya hak membuat aturan main yang disepakati oleh pihak penerbitan dan perizinan buku. Aturan harus ditegakan untuk menjaga ketenteraman dan menyelamatkan generasi muda.
Pengarang buku, Toge Aprilianto sudah menyatakan permintaan maafnya setelah bukunya menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Dalam permintaan maaf yang diposting di laman Facebook pribadinya, Toge berjanji akan segera menghentikan penjualan buku tersebut.
Selain itu, dirinya juga akan mengembalikan uang hasil penjualan buku itu jika ada masayarakat yang ingin mengembalikan buku itu pada dirinya.