REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mobil nasional (Mobnas) memasuki babak baru di tanah air. Hal itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara perusahaan mobil Malaysia, Proton dan perusahaan otomotif Indonesia, PT Adi perkasa Citra Lestari (ACL) di Shah Alam, Malaysia, Jumat (6/2).
Wakil Ketua Komisi 6 DPR RI, Azam Azman Natawijana menyatakan, jangan sampai mobil nasional ini sifatnya hanya latah sesaat. Dia mencontohkan mobil Esemka yang dulu sempat heboh tapi ternyata komponennya rakitan China. “Jadi harus ada riset yang mendalam terkait master plan ke depan,” kata dia.
Politisi Partai Demokrat ini menyatakan aspek teknologi dan juga aspek ekonomis merupakan dua hal yang harus dipikir secara mendalam. Dia menyebutkan terkait teknologi, apa tepat kita alih tekonologi dengan Malaysia. Padahal, kata dia, idealnya kerjasama alih teknologi itu bermitra dengan negara yang satu tingkat lebih maju dibanding Indonesia.
“Kalau teknologi mobil Malaysia saya pikir sama dengan Indonesia,” ujarnya. Kerjasama alih tekonologi, kata dia, lebih baik dengan negara seperti Jepang, jerman, atau Prancis.
Di sisi lain, kata dia, jika mobil tersebut dijual bagaimana prospek penjualan mobil itu. Apa nanti, kata dia, mobil itu dapat laku di pasaran atau tidak. Apalagi, dia menambahkan saat ini pasar mobil di Indonesia telah dipenuhi oleh merek Jepang dan lainnya. “Jangan sampai proyek mobil nasional ini tak membawa keuntungan secara bisnis,” kata dia.
Sejauh ini, kata Azam, dirinya belum bisa menangkap jelas konsep kerjasama yang dibangun oleh Proton dan juga PT ACL. Dia masih belum tahu apakah kerjasama itu Business to Business atau memang arahnya ke mobil nasional. Jika arahnya kepada kerjasama swasta dirinya tak mempersoalkan. Tetapi jika ini menjadi cikal bakal mobil nasional dia tidak sepakat. “Soalnya teknologi mobil Malaysai menurut saya biasa biasa saja,” kata dia.