REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan Presiden Jokowi ke Malaysia terkait mobil nasional (Mobnas) dengan menggandeng produsen otomotif kebanggaan Malaysia, Proton memberikan tanda tanya besar bagi publik Indonesia. Berbagai pihak memberikan tanggapan beragam.
Pengamat Politik Ekonomi, Ichsanuddin Noorsy mengungkapkan, secara subyektif memang terlihat ada keberpihakan Presiden Jokowi terhadap perusahaan milik Hendropriyono, PT Adiperkasa Citra Lestari dalam penandatanganan MoU dengan Proton Malaysia.
"Saya kira hanya subyektif. Latar belakang subyektifnya ada kedekatan Jokowi dan orang di balik Adiperkasa, dalam hal ini Hendropriyono," kata Ichsanuddin kepada Republika, Ahad (8/20).
Namun, meski demikian, Ichsanuddin memandang kerjasama ini sebagai bentuk Jokowi dalam menjawab dahaga masyarakat Indonesia terhadap mobil nasional. "Jokowi sedang membuat industri otomotif dengan berpihak pada asing. Mudah-mudahan bisa menjadi pendorong ahli di dalam negeri untuk ikut berkompetisi," katanya.
Mengenai kehadiran Jokowi dalam penandatanganan MoU antara PT ACL dengan Proton, Ichsanuddin menilai ini adalah hal yang biasa terjadi. Dia mengambil contoh, sebelumnya SBY juga kerap mendampingi perjanjian kerjasama business to business yang berskala besar.
"Itu tidak masalah. Masalahnya menjadi, ketika (Menteri Perindustrian) Saleh Husin menyatakan bahwa ini bukan Mobnas, dan yang kedua ini bisnis to bisnis. Kalau ini disebut bukan Mobnas, kenapa MoU-nya disebut Development Manufacturing Indonesian National Car?" lanjut Ichsanuddin.
Ichsanuddin juga merasa maklum bila nama perusahaan milik Hendropriyono ini tidak dikenali. Bahkan oleh pengusaha dalam industri otomotif. "Adi perkasa tidak dikenal Gaikindo. Karena Adiperkasa cuma bermain pada KIA. Jadi wajar saja," ujarnya.
Ichsanuddin menyebut, persoalan mobil nasional ini adalah perkara keberanian pemerintah Indonesia untuk mendukung pengembangan mobil nasional.
"Seperti Malaysia mendukung industri otomotif nasional mereka. Karena di Malaysia industri perbankan tidak dikuasai asing. Sedangkan Indonesia sudah dikuasai asing. Karena di Malaysia industri otomotif diberikan subsidi luar biasa. Ini masalah brand image saja Proton kalah dari Jepang. Itu soal persepsi," katanya lagi.