Ahad 08 Feb 2015 22:27 WIB

Ini Alasan Historis di Balik Kongres Umat Islam Indonesia ke-6 di Yogya

Rep: C14 / Red: Bayu Hermawan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan pra kongres umat Islam Indonesia.
Foto: Dok. Ustaz Yusuf Mansur (Instagram)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan pra kongres umat Islam Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada malam hari ini (8/2) membuka rangkaian acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Keenam di Yogyakarta. Acara dibuka dengan malam ramah tamah yang antara lain akan diisi dengan sambutan dari Ketua MPR RI Zulkifli Hasan via sambungan teleconference.

"Kongres ini merupakan ajang silaturahim di antara sesama tokoh Muslim, baik itu ulama, zuama, tokoh ormas, cendekiawan, maupun partai Islam. Dengan duduk bersama saja, bisa dikatakan sebagian masalah umat terselesaikan. Apalagi, bila itu dilanjut dengan silatuh fikri, lalu silatuh amal," jelas Ketua Umum MUI, Din Syamsuddin di Yogyakarta, Ahad (8/2).

Menurut Din, pemilihan Yogyakarta sebagai lokasi KUII Keenam bukan tanpa alasan. Sebab, KUII yang monumental pada 1945 lalu juga berlangsung di Yogyakarta. Itu melahirkan konsolidasi historis persatuan umat Islam Indonesia dengan terbentuknya Masyumi, sebagai satu-satunya partai politik Islam saat itu.

"Kita kembali ke Yogyakarta untuk kongres keenam ini, dengan harapan akan lahir 'Komitmen Yogyakarta' atau apa pun itu namanya nanti tergantung peserta. Yang mana, menegaskan kembali, NKRI lahir dari jihad fi sabilillah umat Islam," ujar Din Syamsuddin, Ahad (8/2).

Karenanya, menurut Din, umat Islam adalah garda terdepan Indonesia. Dalam pandangan Din, penegasan demikian penting untuk dicuatkan kembali. Mengingat, tujuan bernegara belakangan ini mulai terlupakan. Apalagi, arus globalisasi dan liberalisasi yang kian deras kini masuk ke Indonesia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement