REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti mengatakan, pihaknya masih menemukan beberapa coklat yang dijual bersama kondom di minimarket.
Menurutnya, coklat berbonus kondom ini selalu muncul menjelang Hari Valentine. "Jadi coklat berbonus kondom ini memang selalu berulang kehadirannya jelang Valentine, tahun kemarin juga ada coklat semacam itu menjelang Hari Valentine," katanya, Rabu, (11/2).
Sebenarnya, ujar Maria, KPAI sudah meminta Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk menarik peredaran coklat Valentine berbonus kondom. Namun ternyata coklat itu tidak hilang. "Coklat berbonus kondom hanya diumpetin di bawah meja kasir. Kalau ada yang menanyakan baru diberikan," katanya.
Dunia usaha, terang Maria, harus diingatkan akan berjualan dengan rasa tanggung jawab bukan hanya mengejar keuntungan semata. Coklat Valentine biasanya konsumennya remaja, jadi tak usah diberi bonus kondom.
Dalam kesempatan itu, ia juga menerangkan kalau di jalan alternatif Cibubur terdapat swalayan yang menaruh kondom bersebelahan dengan rokok. Pembelinya anak usia 14 sampai 15 tahun.
"Saat ditanya untuk apa beli kondom, mereka menjawab, Ah tahu saja. Ini mengerikan, anak-anak sudah sangat permisif terhadap pergaulan bebas."