Kamis 12 Feb 2015 12:03 WIB

Riau Ubah Urine Sapi Jadi Bahan Bakar

Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).
Foto: Antara/Musyawir
Induk sapi dan anaknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU --  Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau tengah mengusahakan pengolahan urine atau air kencing sapi untuk dijadikan "bio urine" yang bisa dijual seharga Rp 25.000/liter untuk dijadikan bahan bakar bio gas.

"Semuanya itu dibangun dalam program percontohan di Desa Kubang Jaya lokasi Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan dan Swadaya (P4S)," kata Bupati Kampar Jefry Noer di Kampar, Kamis (12/2).

Ia mengatakan, persiapan lahan itu lokasinya di dekat kandang sapi, dibuat dua hamparan berdampingan, satu hamparan seluas 1.000 meter dan 1.500 meter. Di dalamnya kata dia, akan dibangun satu keluarga dalam rumah tangga yang bertanggungjawab untuk pengelolaan lahan itu.

Dari satu hamparan 1.000 meter, lanjut dia, akan diisi sapi sedikitnya empat ekor, ikan lele 2.000 ekor ukuran 2 x 4 meter, ayam 60 ekor, kambing 4 ekor, jamur 1.000 sampai 2.000 blok, dan tanaman sayur mayur, cabai cesim dan kangkung.

Nantinya, dari ternak sapi itu akan menghasilkan bio gas, bio urine dari kotorannya itu juga dapat menjadi pupuk organik ramah lingkungan, daripada dibiarkan berserakan di jalanan atau dihamparan kebun. "Kotoran sapi juga dapat diolah jadi pupuk organik dan dari ayam menghasilkan telur untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari," katanya.

Selepas melakukan proses penyiapan lahan sampai tanah, kata Jefry, paling tidak selama tiga bulan kedepan satu keluarga yang ada lahan 1.000 meter atau 2.500 meter itu sudah dapat menikmati hasilnya, sehingga dengan demikian tidak perlu lagi merogoh kantong untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

"Mau telor, sudah ada ayam petelur, tinggal ambil, mau sayur tinggal petik, mau cabai, terong, tomat juga ada. Kemudian pingin goreng ikan lele juga tinggal ambil, mau masak tinggal hidupkan kompor dengan bio gas semuanya tersedia, bukankah itu tujuannya pembangunan Kabupaten Kampar," kata Jefry.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement