REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 60-an pelajar dan mahasiswa Surabaya melakukan unjuk rasa di depan Kebun Binatang Surabaya, Jumat, untuk menolak "Valentine's Day" (Hari Kasih Sayang) yang mereka nilai tidak sesuai dengan budaya Timur.
"Saya ikut aksi ini untuk memberantas Valentine's Day, karena praktik kasih sayang dalam peringatan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan budaya Timur," kata siswi kelas 10 SMA-IT Al-Uswah, Ajeng Aulia.
Dalam aksi solidaritas menolak Valentine's Day itu, LMI Surabaya membagikan 500-an bungkus kerudung/sarung dan brosur tentang dampak Valentine's Day yang merusak "mahkota" perempuan hanya dengan secuil cokelat.
Brosur itu merupakan tiga pernyataan sikap Aliansi Masyarakat Peduli Moral yakni menolak budaya Valentine yang bukan budaya Indonesia dan memicu pergaulan bebas, mengimbau toko swalayan agar stop menjadi sponsor maksiat, dan adili penulis buku cabul Toge Aprilianto.
Selain itu, peserta aksi juga membawa poster yang antara lain bertuliskan "Valentine NO, Vengantine YES", "Say NO to Valentine's Day, 'Cause We are Muslim", "14 Februari adalah Hari Meninggalnya Pendeta Roma, Santo Valentine, Lho Kok Kita Peringati".
Di sela aksi itu, koordinator aksi dari LMI Surabaya, Rangga Ramdan Syah mengatakan pihaknya menolak Valentine's Day karena target sejatinya bukan kasih sayang, tapi bisnis cokelat, kontrasepsi, dan minuman keras.
"Masak kasih sayang ditandai cokelat, kontrasepsi, dan minuman keras? Kita menutup Dolly, kok Valentine's Day justru menjerumuskan 20 persen remaja Surabaya untuk hamil sebelum menikah saat Valentine's Day. Untuk itu, kami menggalang gerakan penolakan," katanya.