REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Denpasar, selama lima tahun terakhir naik sebanyak empat digit. Hal itu kata Kabag Humas Pemkot Denpasar, Ida Bagus Rahoela, ditandai dengan semakin meratanya pendapatan penduduk.
"Kesenjangan antara orang kaya dan miskin di Denpasar semakin kecil," kata Rahoela di Denpasar, Sabtu (14/2). Hal itu dikemukakan Rahoela sehubungan evaluasi hasil pembangunan lima tahun kepemimpinan Wali kota Rai Dharmawijaya Mantra. Agustus nanti Rai Mantra akan mengakhiri masa jabatannya sebagai wali kota Denpasar.
Ketika terpilih sebagai wali kota 2010 lalu, IPM Kota Denpasar berada di bawah angka 75. Pada akhir 2014 sudah meningkat menjadi 78,76.
Menurut Rahoela, peningkatan IPM Denpasar juga ditandai dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Selain juga dengan membaiknya tingkat pendidikan, yang mana sudah hampir melampaui usia wajib belajar 12 tahun. "Angka rata-rata harapan hidup juga mencapai 73,92 tahun," kata Rahoela.
Tingginya IPM di Kota Denpasar, kata Rahoela, sempat menimbulkan pertanyaan dari berbagai kalangan. Bagaimana mungkin Denpasar yang suberdaya alamnya terbatas dan PAD yang hanya Rp 550 miliar setahun, bisa mendongkrak IPM-nya begitu tinggi. Padahal di sejumlah daerah lainnya, yang punya PAD sampai triliunan rupiah, IPM-nya masih di bawah kota Denpasar.
Dikatakannya, inilah keberhasilan Kota Denpasar dalam memanaj daerahnya. Dimana selama lima tahun terakhir, Walikota Rai Mantra fokus pada peningkatan sumberdaya manusia (SDM), yang dapat dilihat dari anggaran pendidikan dalam APBD yang selalu di atas 20 persen. "Kalau SDM-nya sudah bagus, maka masyarakat akan terlatih memecahkan masalahnya sendiri. Dia akan punya daya saing dan menumbuhkan ekonomi kratif," katanya.
Menurut Rahoela, dengan kualitas SDM yang ada sekarang, diyakini masyarakat Denpasar siap menghadapi era perdagangan bebas Asia (MEA) pada akhir 2015. Selain itu sebutnya, juga akan siap menghadapi perdagangan bebas dunia pada 2020.