REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta masyarakatnya untuk tenang terkait imbas rencana eksekusi dua terpidana mati anggota "Bali Nine" terhadap penurunan kunjungan wisatawan Australia ke Pulau Dewata.
"Tenang saja tidak ada masalah. Saya yakin pengaruh ke pariwisata tidak terlalu besar. Dalam hal seperti ini, ini masalah kedaulatan dan martabat bangsa," kata Pastika, di Denpasar, Senin (16/2).
Terkait eksekusi mati Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, dua anggota "Bali Nine" berkewarganegaraan Australia itu, yang tidak lama lagi, Pastika berpandangan Pemerintah Australia akan cukup dewasa.
"Saya berharap Pemerintah Australia dan masyarakat Australia bisa memaklumi. Karena ini persoalan hukum, kita juga tidak bisa apa-apa," ujarnya.
Di sisi lain, terkait seruan boikot warga Australia yang ramai diperbincangkan dari media sosial di Negeri Kangguru itu apabila eksekusi tetap dilakukan, Pastika menyatakan tidak percaya.
"Itu baru wacana, saya tidak percaya. Ya boleh saja, tapi saya pikir masing-masing negara itu punya kedaulatan, punya martabat, punya harga diri," ucapnya.
Pastika menandaskan pentingnya memegang kedaulatan berpedoman pada Tri Sakti yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan bermartabat di bidang kebudayaan.
Dia juga berpandangan Pemerintah Australia akan respek pada otoritas Indonesia sehingga tidak akan melakukan boikot karena narkoba sangat berbahaya.
"Narkoba sangat berbahaya bagi kami, bagi generasi kami," katanya.
Mantan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional itu mengatakan setiap hari triliunan rupiah hilang karena narkoba dan fenomena ini sangat berbahaya bagi Indonesia.
Selama ini, wisatawan Australia menempati urutan teratas kunjungan wisman ke Pulau Dewata.