REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat menuduh Israel telah mengaburkan posisi negara adidaya ini dalam pembicaraan nuklir dengan Iran dengan membocorkan dokumen-dokumen secara selektif sehingga meningkatkan ketegangan sebelum kunjungan kontroversial perdana menteri Israel ke AS.
"Kami melihat terus berlanjutnya pembocoran bagian-bagian informasi tertentu yang dicomot sana sini dan kemudian dimanfaatkan dalam konteks mengaburkan posisi Amerika Serikat dalam negosiasi itu," kata Juru Bicara Gedung Putih, Josh Earnest kepada wartawan seperti dikutip Reuters.
"Tak bisa dipungkiri lagi bahwa beberapa hal yang disebutkan Israel dalam mengarakterisasi posisi negosiasi kami adalah tidak akurat," kata Earnest.
Earnest tengah merujuk laporan New York Times yang menyebutkan para pejabat Israel mengaku AS telah membatasi mereka dalam pembicaran nuklir Iran itu dan bahwa seorang pejabat Uni Eropa telah diingatkan oleh Washington bahwa informasi yang diterima sang pejabat telah secara selektif dibocorkan Israel.
Kritik yang langka dari pejabat AS itu disampaikan menjelang pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai Iran di depan sidang pleno Kongres atas undangan Ketua DPR yang asal Republik John Boehner. Pidato akan disampaikan pada 3 Maret nanti.
Undangan Boehner ini telah membuat tegang hubungan AS dan Israel di mana Netanyahu yang ingin menghukum Iran berusaha bekerjasama dengan Republik dalam menunjukkan penentangan mereka terhadap kebijakan Presiden Barack Obama menyangkut Iran.
Manuver ini juga disebut-sebut berkaitan dengan upaya mendongkrak suara Netanyahu menjelang Pemilu di Israrel.
Obama yang tak begitu baik hubungannya dengan Netanyahu telah menolak bertemu dengan PM Israel itu dengan alasan konstitusi AS melarang para presiden AS bertemu dengan para pemimpin dunia yang sedang menghadapi Pemilu. Padahal, Pemilu Israel akan berlangsung pada 17 Maret.
Boehner sendiri mengundang Netanyahu bulan lalu tanpa berkonsultasi dengan Gedung Putih. ''Kubu Demokrat menyebut manuver ini telah menghina Obama,'' demikian Reuters.