Kamis 19 Feb 2015 14:17 WIB
Eksekusi Mati

Ini Isi Surat Terakhir Andrew Chan yang Ditolak Presiden

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Terpidana mati Andrew Chan.
Foto: AP
Terpidana mati Andrew Chan.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Terpidana mati kasus nerkotika  Bali Nine asal Australia Andrew Chan menulis sebuah surat yang ditolak oleh Presiden Joko Widodo. Surat permohonan pengampunan yang kedua ini ditulis Chan pada 27 Januari 2015. Berikut isi surat tersebut, dilansir dari SBS, Kamis (19/2).

Yang terhormat Bapak Joko Widodo dan Ketua Mahkamah Agung,

Saya Andrew Chan dan saat ini saya direhabilitasi di Bali. Dipenjara seumur hidup itu sulit. Itu menjadi semakin sulit karena keluarga saya tinggal sangat jauh dan saya jarang bertemu mereka. Tapi saya menulis surat ini bukan untuk mengeluhkan itu sebab saya layak dipenjara untuk waktu lama.

Yang Mulia, alasan saya menulis surat ini adalah memohon Yang Mulia memahami saya untuk  bisa melihat dari lubuk hati Yang Mulia sebagai manusia saya sudah berubah. Jauh dari keluarga dan teman-teman, banyak hal yang telah membuat saya menghargai nilai kehidupan dan mengubah saya menjadi saya yang sekarang.

Saya tak ubahnya seperti cangkir yang rusak, namun bukan bearti saya ini tak bisa diperbaiki. Dalam 10 tahun terakhir selama Yang Mulia memimpin sistem hukum negara ini, cukup bagi saya untuk mencintai orang-orang Indonesia dan membantu mereka.

Saya menyadari jika saya mendapatkan kepercayaan itu kembali maka saya harus bisa menunjukkan saya bisa dipercaya. Saya ingin mengatakan saya memang bersalah atas kejahatan yang saya lakukan.

Saya tidak sedang berusaha membenarkan apa yang telah saya lakukan. Saya mohon Yang Mulia memberi saya kesempatan kedua untuk menunjukkan saya telah berubah.

Saya menghabiskan waktu saya sekarang untuk mengajar orang lain supaya tidak melakukan kesalahan sama seperti yang saya lakukan dan mereka perlu menyadari rasa sakit, penderitaan, dan malam-malam tanpa tidur nyenyak yang tak terhitung jumlahnya. Saya bisa mengatakan hal ini karena saya melakukan hal sama untuk keluarga saya.

Saya kini belajar menjadi seorang pendeta. Saya bisa memuji diri sendiri karena bisa banyak hal, namun setiap orang bisa memuji diri mereka sendiri. Jadi saya akan membiarkan orang lain yang berkomentar tentang saya, termasuk petugas penjara, para tahanan, bahkan kepala penjara. Saya mengucapkan terima kasih untuk waktu Yang Mulia demi membaca surat ini dan saya berdoa semoga Yang Mulia dapat mengerti saya lebih baik.

Yang Mulia, saya mencintai rakyat dan Negara Indonesia dan saya berharap lagi Yang Mulia bisa melihat dari lubuk hati  bahwa saya telah berubah, berubah untuk hari yang lebih baik. Suatu hari nanti, Anda bisa melihatnya sendiri. Saya mohon hati Yang Mulia sudi memberikan kesempatan kedua.

Hormat saya,

Andrew Chan

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement