Jumat 20 Feb 2015 19:25 WIB

Upaya KLHK Antisipasi Pencemaran Udara

Rep: C78/ Red: Djibril Muhammad
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (tengah).
Foto: Antara
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP) di 44 kota di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan terus berupaya mendorong kota-kota di Indonesia melakukan pengelolaan kualitas udara, terutama bagi kota yang kualitas udaranya masuk kategori terburuk.

Caranya dengan menerapkan transportasi berkelanjutan dengan menurunkan beban pencemaran dari emisi kendaraan.

Dalam hal ini, program EKUP melibatkan pemda melalui mekanisme dekonsentrasi, yaitu pemerintah provinsi berperan sebagai pelaksana kegiatan sedangkan KLHK berperan sebagai pembina dan pengawas kegiatan.

"Indeks kinerja lingkungan yang mengacu pada kualitas udara, Indonesia di peringkat 112 dari 178 negara," kata Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KLHK MR Karliansyah.

Makin rendahnya kualitas udara, lanjut dia, berdampak pada turunnya kualitas kehidupan manusia karena tidak sehatnya udara, air dan makanan yang dikonsumsi.

Karenanya, pemerintah secara rutin melakukan pemantauan uji emisi, kinerja lalu lintas, kualitas udara, dan pemantauan kualitas bahan bakar. Ia juga mengaku terus mendorong pemerintah kota untuk menerapkan konsep transportasi berwawasan lingkungan.

"Kita juga melakukan pemantauan kualitas bahan bakar di SPBU," katanya.

Sebab, kualitas bahan bakar sangat berpengaruh terhadap emisi yang dihasilkan. Semakin baik kualitas bahan bakar, kata dia, maka semakin sedikit pula emisi berbahaya yang dikeluarkan dari proses pembakarannya.

KLHK pun menyarankan agar pemberlakuan kewajiban uji emisi sebagai prasyarat perpanjangan STNK segera diterapkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement