Selasa 24 Feb 2015 00:28 WIB

Mantan BM PAN: Hatta Bukan Ketum Tersukses

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Partai PAN Hatta Rajasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klaim ketua umum paling sukses yang dikeluarkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Drajad Wibowo menuai kritik. Mantan Sekretaris Jenderal Barisan Muda PAN, Muhammad Windiarto Kardono menilai Hatta Rajasa bukan menjadi contoh ketua umum paling sukses yang dimiliki PAN.

Menurut Windiarto, klaim ketum paling sukses dengan mendapatkan perolehan suara paling tinggi selama 4 kali pemilu dinilai hanya klaim sepihak. Sebab, klaim itu hanya didasarkan pada perolehan suara akhir saat Pemilu.

Ia menilai Drajad Wibowo hanya melihat data dari satu sisi saja yaitu perolehan suara akhir, tanpa melihat jumlah partai peserta pemilu dan jumlah pemilih di masing-masing pemilu. Windiarto juga menuding Drajad lupa atau sengaja menyebarkan virus lupa untuk membuat kader PAN lupa.

"Kenaikan suara PAN di 2014 kemarin yang sebesar lebih dari 9 juta tidak berbanding lurus dengan jumlah perolehan kursi PAN di DPR," kata Windiarto dalam rilisnya pada Repunblika, Senin (23/2).

Windiarto mengatakan pada pemilu tahun 2014 kemarin, PAN mendapat 48 kursi di DPR RI. Sedangkan pemilu sebelumnya tahun 1999 PAN mendapat 46 kursi. Artinya, di era kepemimpinan Hatta Rajasa, kenaikan jumlah kursi PAN di DPR hanya 2 kursi.

Padahal, menurutnya jumlah suara di pemilu 2014 sebanyak 124.972.421 suara dengan 12 partai peserta pemilu. Sedangkan jumlah suara sah di pemilu 2009 hanya sekitar 109.099.785 suara dengan jumlah partai politik peserta pemilu sebanyak 38 parpol dan 6 partai lokal yang ikut pemilu.

Windiarto melanjutkan, jumlah perolehan suara dan kursi di tahun 2014 itu justru dinilai memalukan jika dibandingkan dengan perolehan suara PKB dan PPP. Jadi, prestasi Hatta Rajasa ini bukan sebagai prestasi bersejarah bagi partai berlambang matahari terbit ini. "Kalau disebut bersejarah, itu tentu berangkat dari nalar yang gagal bagi kader," imbuh Windiarto.

Seharusnya, kata Windiarto, Drajad melihat data dan fakta secara menyeluruh. Sebagai ekonom, harusnya Drajad bisa membuat matriks perbandingan indeks tingkat kesulitan dari persaingan antar parpol peserta pemilu, jumlah suara sah yang ikut pemilu serta jumlah perolehan suara di DPR. Jika hal itu dibuat, tegas Windiarto, maka prestasi Hatta sebagai ketum PAN selama 5 tahun ini tidak membanggakan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement