Selasa 24 Feb 2015 13:48 WIB

JK Bantah Ada Mafia Beras

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ani Nursalikah
Jusuf Kalla
Foto: Republika/ Wihdan
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) kembali membantah adanya ulah mafia beras yang menyebabkan tingginya harga beras beberapa pekan terakhir. Menurut dia, kenaikan harga beras hanya disebabkan oleh distribusi pasokan.

"Urusannya suplai, bukan mafia beras. Mafia itu mempermainkan harga," kata JK usai meninjau pelayanan PTSP di kantor BKPM, Jakarta, Selasa (24/2).

Ia mengaku tak khawatir jika memang ada mafia beras di balik tingginya harga beras. Kalla bahkan mempersilakan para oknum nakal untuk menimbun beras.

"Silakan saja timbun beras, besok kita tambah. Turun harga, kalian rugi. Orang timbun sedikit, kita tambah 300-500 (ribu ton) ke pasar bulan ini. Habislah itu yang nimbun beras. Timbun saja, mau sejuta besok kita kasih dua juta," kata JK.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel mengungkapkan temuannya terkait penimbunan beras di Jakarta. Penimbunan beras yang dilakukan oleh sejumlah oknum nakal ini menyebabkan harga beras semakin meroket.

"Ada penimbunan sedikit," kata Gobel usai melakukan rapat koordinasi ketahanan pangan di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Senin (23/2).

Ia mengatakan telah meminta Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengaudit seluruh sistem penyaluran beras hingga ke pasar. Lanjutnya, ia pun kemudian menemukan adanya penimbunan beras serta gudang beras oplosan milik para pedagang yang diberi label sendiri.

"Jakarta banyak. Setelah audit kita tahu. Saya minta ke Kabulog untuk audit seluruh sistem. Dari mulai DO dikeluarkan sampai ke pasar gimana prosesnya. Saya bilang pada waktu lalu saya dapatkan gudang beras pedagang oplos masuk kantong merek dagang sendiri. Kalau lihat suplai yang ada, Jakarta banyak sekali," kata Gobel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement